MAKALAH
Ilmu Bahan Makanan Lanjut
“Moisture
Food (Makanan Setengah Basah) dan Pengemasan Bahan Makanan”
Disusun Oleh:
Nama: Tugiranto
NPM: 2009-31-056
Dosen Pembimbing:
Soewardana Akbar
S1-Ilmu Gizi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Baiturrahim
Jambi
Kata Pengantar
Segala puji hanyalah
patut tercurah bagi Allah Swt yang telah memberikan rahmatnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat. Dan tak lupa penulis ucapkan
beribu-ribu terima kasih kepada Bapak Soewardana Akbar yang telah memberikan saran dan kritikannya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Ilmu Bahan Makanan Lanjut. Penulis haturkan
ribuan terima kasih juga atas setiap komponen yang mendukung terselesaikannya
makalah ini dan penulis juga menghaturkan ribuan maaf atas setiap kesalahan
dalam makalah ini, sebagai kontribusi untuk penulis, sangat diharapkan kritik
dan saran yang membangun guna pembetulan kesalahan.
Makalah ini penulis
rangkai guna berbagai pengetahuan sehingga kita sama-sama tahu apa itu Makanan Setengah Basah (
moisture food) dan cara Pengemasannya. Makalah ini mengangkat pembahasan tentang “Moisture Food (Makanan Setengah
Basah) dan Pengemasan Bahan Makanan”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan penulis sendiri dalam menambah ilmu pengetahuan.
Jambi, Desember 2010
Penulis
Daftar Isi
KATA
PENGANTAR…..............................................................i
DAFTAR
ISI……………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang…………………………………………
B. Perumusan……………………………………………..
C. Tujuan dan
Manfaat……………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Moisture Food (Makanan
Setengah Basah)……………
B. Pengemasan Bahan
Makanan………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………….
B. Saran…………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di zaman yang sudah semakin maju ini,
masih banyak masyarakat yang tidak mengerti dengan apa yang dimaksud dengan
makanan setengah basah (moisture food) dan juga tidak mengetahui bagaimana cara
pengemasan bahan makanan dengan baik dan benar. Sehingga dapat mengurangi
kemungkinan bakteri ataupun jamur berkembang.
Untuk mengetahui cara pengemasan tersebut,
maka dalam makalah ini akan di bahas apa itu makanan setengah basah dan
bagaimana cara pengemasan bahan makanan.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan hal yang
dikemukakan, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.
Apa itu
makanan setengah basah?
2.
Apa saja
jenis makanan setengah basah?
3.
Bagaimana
proses dalam pengemasan bahan makanan?
C.
Tujuan dan
Manfaat
1.
Tujuan
a.
Untuk
mengetahui apa itu makanan setengah basah.
b.
Untuk
mengetahui jenis-jenis makanan setengah basah.
c.
Cara yang
dilakukan dalam proses pengemasan bahan makanan.
2.
Manfaat
a.
Untuk
memberikan informasi tentang makanan setengah basah
b.
Menambah
wawasan tentang bahan makanan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Moisture Food (Makanan
Setengah Basah)
Makanan setengah basah adalah salah
satu proses pengolahan bahan makanan yang dilakukan untuk menciptakan citarasa
yang khas. Contoh dari makanan setengah basah seperti: Dodol, terasi dan saus
tomat. Serta akan di uraikan sebagai berikut:
1.
Dodol
Dodol merupakan salah satu produk olahan hasil pertanian yang
termasuk dalam jenis makanan yang mempunyai sifat agak basah sehingga dapat
langsung dimakan tanpa dibasahi terlebih dahulu (Rehidrasi) dan cukup kering
sehingga dapat stabil dalam penyimpanan.
Dodol termasuk jenis makanan setengah basah (Intermediate Moisture
Food) yang mempunyai kadar air 10-40 % ; Aw 0,70-0,85 tekstur lunak ; mempunyai
sifat elastis, dapat langsung dimakan, tidak memerlukan pendinginan dan tahan
lama selama penyimpanan.
Keawetan pangan semi basah sangat tergantung oleh kadar airnya. Daya
simpan pangan semi basah juga banyak dipengaruhi oleh komponen penyusunnya,
aktivitas mikroba, teknologi pengolahan dan sanitasnya, system pengemasan yang
dikenakan dan penggunaan bahan pengawet.
Dodol terbuat dari bahan utama yaitu tepung ketan yang didasarkan
atas sifat tepung ketan yang hamper seluruhnya terdiri dari Amilopektin. Sifat
molekul Amilopektin ini untuk memperkuat pengikatan air dengan baik, sesuai
untuk pembuatan dodol.
Dodol dibuat dari beras ketan, sanatn dan gula aren. Buah-buahan
kadang juga ditambahkan untuk memberikan rasa yang diinginkan. Dodol dibuat
dengan cara mendidihkan gula, santan dan tepung ketan secara bersamaan dengan
pengadukan yang konstan untuk menghasilkan suatu massa yang berwarna coklat.
Dodol yang berkwalitas baik adalah dodol dengan tekstur yang tidak
terlalu lembek, bagian luar mengkilap akibat adanya pelapisan gula atau Glaing,
rasa yang khas dan jika mengandung minyak tidak terasa tengik. Beberapa jenis
dodol yang berlemak menjadi tengik akibat adanya kerja enzim Lipase yang tahan
panas dan adanya reaksi oksidasi
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik. Hal
ini disebabkan karena lemak bersifat mudah menyerap bau. Ketengikan dapat disebabkan
oleh reaksi hidrolisis atau oksidasi. Ketengikan hidrolitik disebabkan oleh
hasil hidrolissa lemak yang mengandung asam lemak jenuh berantai pendek. Asam
lemak itu mudah menguap dan berbau tidak enak misalnya Asam Butirat, Asam
Kaproat dan ester alifalitas yaitu metal nonil keton.
Kandungan Gizi
|
Jumlah
|
Keadaan (aroma, rasa & warna) air
Abu
Gula dihitung sebagai Sukrosa
Protein
Lemak
Seat kasar
Pemanis buatan
Logam berbahaya (Pb, Cu, Hg)
Arsen
Kapang
|
Normal maks. 20%
Maks. 1,5%
Min. 40%
Min. 30%
Min. 7%
Maks. 1,0%
Tidak boleh ada
Tidak boleh ada
Tidak ternyata
Tidak boleh ada
|
Hidrolisis sangat mudah terjadi dalam lemak dengan asam lemak rendah
(lebih kecil dari C14) seperti mentega, minyak kelapa sawit dan minyak kelapa.
Dengan adanya air, lemak dapat terhidlosis menjadi gliserol dan asam lemak.
Hasil hidrolisis lemak berupa asam lemak gliserol dimana reaksi bolak-balik ini
dapat dikatalis oleh asam. Suhu tinggi dan enzim lipase.
Kerusakan oksidase disebabkan oleh autooksidasi radikal asam lemak
tidak jenuh dalam lemak. Autooksidasi dimulai dengan pembentukan
radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempercepat
reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-ligam
berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam perifin seperti hematin, haemoglobin,
mioglobin, klorofil dan enzim-enzim lipoksidase. Banyaknya ikatan rangkap atau
derajat ketidakjenuhan asam-asam lemak yang menyusun lemak/minyak sangat
menentukan terjadinya proses ketengikan.
2.
Terasi
Terasi merupakan produk ikan setengah basah yang dibuat dari udang
atau ikan-ikan kecil yang dicampur dengan garam, kemudian diragikan. Terasi
digunakan sebagai bahan penyedap masakan seperti pada masakan sayuran, sambal,
rujak dan sebagainya. Sebagai bahan makanan setengah basah yang berkadar garam
tinggi, terasi dapat disimpan berbulan-bulan.
BAHAN
-Ikan laut (ikan
tawar) 10 kg
-Garam dapur 3
kg
ALAT
-Bak (Tong kayu)
tempat penggaraman
-Pisau
-Tampah (nyiru)
-Peti kayu
(keranjang bambu)
CARA PEMBUATAN
Cuci ikan kecil-kecil atau rebon sampai bersih dari kotoran.
Masukkan kedalam baskom penggaraman, tambahkan garam dan aduk sampai rata.
Tutup bak dan biarkan campuran ikan garam selama 1-7 hari Peragian I). Selesai
peragian I, jemur rebon atau ikan di terik matahari sampai setengah kering
kemudian tumbuk sampai hancur (lumat), lalu jemur lagi. Lakukan hal tersebut
selama 2-4 hari (Peragian II). Kemudian cetak dan bungkus. Apabila perlu jemur
lagi baru dibungkus.
3.
Saus Tomat
Saus adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah
berwarna menarik (biasanya merah), mempunyai aroma dan rasa yang merangsang
(sama dengan rasa tanpa pedas). Walaupun mengandung air dalam jumlah besar,
saos mempunyai daya simpan panjang karena mengandung asam, gula, garam dan
seringkali diberi pengawert. Saos tomat (tomato catstup) merupakan salah satu
produk yang termasuk dalam kelompok makanan olahan atau awetan dengan tekstur
setengah basah (intermediate moisture food) yang berupa bubur berwarna merah
segar. Dalam kondisi setengah basah produk menjadi lebih mudah rusak. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengemasan agar awet dalam jangka waktu yang
relative sama serta mempermudah pendistribusiannya.
a.
Kandungan
Zat Gizi Saus Tomat
Protein (g) 1 2
Lemak (g) 0,3
0,4
Karbohidrat (g)
4,2 24,5
Kalsium (mg) 5
12
Fosfor (mg) 27
18
Zat besi (mg)
0,5 0,8
Vitamin A (SI)
450
Vitamin B (mg)
0,06 0,09
Vitzmin C (mg)
40 11
Air (%) 94 69,5
b.
Proses
Pengolahan Saus Tomat
1.
Bahan yang
digunakan
Penggunaan bahan tergantung pada tingkat kualitas dan kapasitas
produk yang akan dibuat. Syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah kondisi bahan
harus dalam keadaan baik.
Berikut
ini bahan yang diperlukan :
-Buah Tomat
Sebagai bahan baku utama tidak ditentukan berdasarkan jenis maupun
varietasnya, akan tetapi pemilihan tomat didasarkan atas umur (tua) tingkat
kematangan, tingkat kesegaran dan tidak diserang hama atau penyakit. Buah tomat
yang akan diolah tidak boleh ada bagian yang berwarna hijau akan mempengaruhi
warna dari saus tomat menjadi kecoklatan sehingga menurunkan mutu dari saus.
-Bumbu
Bumbu-bumbu terdiri dari bawang putih giling, bawang bawang merah
giling, merica bubuk, kayu manis bubuk, gula pasir putih bersih yang telah
dihaluskan, cabe gili giling dan garam halus. Gula pasir berperan sebagai
pemanis sekaligus pengawet, akan tetapi kadarnya relatif kecil, maka kemampuan
untuk mengawetkan juga kecil. Kebutuhan gula dalam pembuatan saus tomat
sebanyak 10-15% dari bobot total bahan baku. Biasanya garam ditambahkan
sebanyak 2-5% bobot daro total bahan bakunya. Garam hanya ditambahkan untuk
memantapkan cita rasa dari saus tomat.
-Bahan pengental
Untuk membuat sari buah tomat menjadi kental diperlukan waktu
pemanasan yang relatif cukup lama, sehingga seluruh zat gizi yang terkandung
didalamnya bisa rusak. Oleh sebab itu dalam pembuatan saus tomat perlu dibantu
dengan bahan pengental yaitu diantaranya :
*Bahan pengental
alami
Bahan pengental alami adalah berasal dari hasil pertanian yang
memiliki kandungan seperti pectin dalam buah papaya, kasein dan susu, gelatin
dalam kulit binatang dan agar-agar dalam rumput laut (mengandung yodium).
*Bahan pengental
buatan
Salah satu bahan pengental buatan adalah CMC (Carboxy Methyl
Cellulosa). Bahan ini kekentalannya baru tampak bila suhunya berada dibawah
200C. CMC tidak mengandung unsure-unsur yang bermanfaat bagi kesehatan serta
harganya sangat mahal.
-Pengawet
Pengawet adalah senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba perusak saus. Produksi saus tomat dapat mencapai tingkat keawetan yang
maksimal, tidak hanya tahan selama masih terisolasi atau berada dalam botol
tertutup, tetapi tetap awet meskipun tutupnya sudah dibuka atau sampai saus
habis dikonsumsi. Pengawetan dapat berlangsung lama jika disamping diterapkan
teknik pengolahan dan pengawetan secara benar, juga ditambahkan bahan pengawet
saus yaitu asam benzoate (1-25 g/kg saus) dan asam sorbet (1-4 g/kg saus).
-Asam benzoates
Asam benzoates (C6H5COOH) atau garamnya (sodium benzoat dan kalsium
benzoat) adalah larut dalam air (21,0 gram per liter). Senyawa benzoate dapat
menghambat pertumbuhan kapang dan khamir, bakteri penghasil toksin (racun),
bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa.
Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoate dapat memberikan kesan aroma
fenol yaitu seperti aroma obat cair.
-Asam sorbet
Untuk menjaga agar saus tomat tidak tumbuh jamur (sesudah tutupnya
dibuka) maka takaran yang diperkenankan digunakan yaitu 1-4 g/kg saus tomat,
apabila lebih dari takaran melebihi aturan sehingga dapat membahayakan
kesehatan manusia karena melanggar aturan pemerintah.
-Pengasam atau
bahan penyegar
Agar cita rasa saus tomat menjadi segar maka perlu ditambahkan
bahan-bahan yang memiliki rasa asam yang sesuai dengan rasa asam. Pengasam
digunakan untuk mengasamkan atau untuk menurunkan pH saus menjadi 3,8-4,4. Pada
pH rendah pertumbuhan kebanyakan bakteri akan tertekan dan sel generatif serta
spora bakteri sangat sensitif terhadap panas. Dengan demikian proses
sterilisasi bahan yang ber pH rendah dapat dilakukan dengan suhu mendidih
(1000C) dan tidak perlu dengan suhu tinggi (1210C). Asam juga bersinergi dengan
asam benzoat dalam menekan pertumbuhan mikroba
-Asam sitrat
Selain memberikan rasa segar pada produk saus tomat, asam sitrat
memiliki kemampuan memperbaiki sifat koloid pada produk yang mengandung pectin,
memperbaiki tekstur saus tomat, meningkatkan aktivitas benzoate dan mencerahkan
warna produk (antioksidan). Jumlah asam yang diperlukan adalah asam nitrat
sebanyak 0,8-1,5 g/kg saus tomat.
-Asam cuka
Asam cuka atau (CH3COOH) untuk saus tomat digunakan sebanyak 1,2-2%
dari cuka yang konsentrasinya 25%.
-Bahan Pewarna
Merah
Sebenarnya bahan pewarna merah jarang digunakan karena warna yang
diberikan bahan bakunya yaitu tomat, papaya, dan cabai cukup mendukung.
-Air
Air yang digunakan dalam proses produksi baik untuk pencucian maupun
perendaman dan terutama yang dicampurkan pada bahan adalah harus memenuhi
persyaratan standar air minum yaitu bersih, jernih, tidak berasa, tidak
berwarna, tidak berbau serta tidak mengandung unsure logam ataupun bahan kimia
serta bibit penyakit yang dapat membahayakan manusia dan memiliki derajat
kesadahan nol.
2.
Kemasan
Dalam industri pengolahan dan pengawetan pangan, pengemasan
merupakan proses akhir yang sangat menentukan keberhasilan perluasan jangkauan
distribusi dan memperlancar pemanasan.
3.
Segel
pengawetan
Botol-botol yang menggunakan tutup dari bahan plastik perlu
dilengkapi dengan segel pengaman sehingga dapat diketahui bila tutupnya pernah
dibuka.
4.
Pengolahan
Saus Tomat
Buah tomat dipilah-pilah (sortasi) dari tomat yang mempunyai
kualitas bagus dan segar dan tidak cacat dengan tomat yang berkualitas jelek
karena kualitas buah tomat menentukan hasil akhir produk saus, apabila tomat
yang diolah mempunyai kualitas jelek maka mutu saus menjadi menurun. Buah tomat
terlebih dahulu dicuci untuk membuang kotoran yang menempel pada buah. Suhu
pemasakan yang digunakan 80-90%0C. Cara memeriksa kekentalan yaitu dengan cara
diangkat adonan saus dengan kayu, jika sedikit saus yang menempel tidak lagi
mangalir jatuh berarti saus sudah cukup kental atau bila saus dituangkan pada
piring tidak berubah bentuk.
Langkah dalam proses pengemasan yaitu terlebih dahulu mencuci botol
kemasan dengan bersih tetapi sebelumnya botol direndam terlebih dahulu dalam
air selama 1-2 jam untuk menghilangkan debu atau kotoran yang menempel yang
dapat mempengaruhi daya simpan pada produk. Botol kaca kemasan yang bersih
direndam didalam air yang mengandung kaporit 5-10 ppm (5 sampai 10 gram kaporit
per 1m3 air) selama 30 menit didalam wadah tahan karat. Botol disusun didalam
air peredaman tersebut dalam kondisi terbalik. Setelah tiu, wadah yang berisi
rendaman botol direbus sampai mendidih. Setelah mendidih api dikecilkan sekedar
untuk mempertahankan air perebus tetap panas.
Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu tutup
botol direbus didalam air mendidih lain. Selama pengemasan, tutup botol harus
berada pada air mendidih. Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam
keadaan terbalik dengan menggunakan penjepit. Dengan bantuan corong, saus panas
segera dituangkan dalam botol. Botol hanya diisi sampai 4 cm dibawah mulut
botol. Setelah itu sebuah tutup botol yang sedang direbus segera diangkat,
dipasangkan pada mulut botol dan ditutup dengan bantuan alat penutup botol.
Proses tersebut diulang sampai semua saus terkemas dalam botol.
Untuk mengisikan saus tomat kedalam botol perlu diatur agar botol
kemasan yang telah disterilkan selesai pada saus masih dalam keadaan pana
(lebih dari 900C). Hal ini dilakukan untuk menghindari kegiatan exhausting
(penyedotan udara ditutup dengan baik). Selanjutnya botol-botol ditutup rata,
kesempurnaan penutupan botol kemasan menentukan tingkat keawetan produk saus
tomat. Sterilisasi pada botol yang sudah berisi saus dan tertutup rapat direbus
didalam air mendidih selama 30 menit.
Proses ini untuk membunuh banyak mikroba pembusuk yang dapat merusak
bahan. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka saus tomat akan mudah
terkontaminasi. Setelah itu, botol dikeluarkan dari air mendidih dan disimpan
dalam keadaan terbalik. Jika terjadi rembesan saus melalui tutup botol, tutup
harus dibuka dan dilakukan kembali penutupan dengan tutup yang lain.
c.
Proses Akhir saus Tomat
1.
Pasteurisasi
Pasteurisasi sebenarnya merupakan proses akhir dari tahap pengawetan
terhadap saus tomat yang telah dikemas berarti pasteurisasi pelaksanaannya
tidaklah sulit, tetapi sangat berarti terhadap kualitas produk.
2.
Segel
Segel pengamanan berfungsi untuk melindungi tutup botol sehingga
saus tomat tidak dapat dibuka tanpa lebih dulu merusak segelnya. Segel pengaman
dipasang setelah tutup botol dinyatakan terpasang sempurna melalui pemeriksaan.
3.
Label
Label berfungsi untuk menyampaikan berbagai informasi seputar produk
yaitu komposisi bahan, cara penggunaan, nomor izin dan registrasi, umur produk,
berat atau volume produk, pesan-pesan tertentu (misalnya 100% halal), dan
pembatasan konsumen untuk penderita penyakit tertentu.
B.
Pengemasan Bahan Makanan
Pengemasan merupakan cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan
atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum diolah maupun
yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen dengan
“selamat”, secara kuantitas maupu kualitas.
Pengemasan bahan makanan harus mengalami beberapa kondisi atau aspek
untuk dapat mencapai tujuan pengemasan itu, yaitu:
-
Bahan
pengemasannya harus memenuhi persyaratan tertentu
-
Metode
atau tehknik pengemasan bahan pangan harus tepat
-
Pola
distribusi dan penyimpanan produk hasil pengemasan harus baik
1.
Persyaratan
Bahan Pengemasan
a.
Memiliki
permeabilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai dengan jenis bahan
pangan yang akan di kemas
b.
Harus
bersifat tidak beracun dari inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan)
c.
Harus
kedap air
d.
Tahap
panas
e.
Mudah
dikerjakan secara maksimal dan harganya relative murah
2.
Tujuan
Pengemasan
a.
Membuat
umur simpan bahan pangan menjadi panjang
b.
Menyelamatkan
produksi bahan pangan yang berlimpah
c.
Mencegah
rusaknya nutrisi / gizi bahan makanan
d.
Memudahkan
distribusi / pengangkutan bahan pangan
e.
Mendukung
perkembangan makanan siap saji
f.
Menambah
estetika dan nilai jual bahan pangan
3.
Fungsi
Kemasan
a.
Menjaga
produk makanan agar tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi
b.
Menjaga
dari kerusakan fisik, perubahan kadar air dan pengaruh sinar
c.
Menyeragamkan
produk pangan dalam ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan standar yang
ada
d.
Menampakkan
identifikasi, informasi, daya tarik dan tampilan yang jelas dari bahan pangan yang dikemas
sehingga dapat membantu promosi / penjualan
e.
Member
informasi melalui system labeling, bagaimana cara penggunaan produk, tanggal
kadaluarsa dan lain-lain
4.
Jenis –
jenis Bahan Pengemasan
a.
Untuk
wadah utama (pengemasan berhubungan
langsung dengan bahan pangan):
1.
Botol /
Gelas
Keunggulan kemasan gelas:
- Kedap terhadap air, gas , bau-bauan dan
mikroorganisme
- Inert dan tidak dapat bereaksi atau
bermigrasi ke dalam bahan pangan
- Kecepatan pengisian hampir sama dengan
kemasan kaleng
- Sesuai untuk produk yang mengalami
pemanasan dan penutupan secara hermetis
- Dapat didaur ulang
- Dapat ditutup kembali setelah dibuka
- Transparan sehingga isinya dapat
diperlihatkan dan dapat dihias
- Dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk
dan warna
- Memberikan nilai tambah bagi produk
- Rigid (kaku), kuat dan dapat ditumpuk tanpa mengalami
kerusakan
Kelemahan kemasan gelas:
- Berat sehingga biaya transportasi mahal
- Resistensi terhadap pecah dan mempunyai
thermal shock yang rendah
- Dimensinya bervariasi
- Berpotensi
menimbulkan bahaya yaitu dari pecahan kaca.
2.
Kemasan
Kertas
Kemasan kertas merupakan kemasan
fleksibel yang pertama sebelum ditemukannya plastic dan aluminium foil. Saat
ini kemasan kertas masih banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan
lain seperti plastik dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya
yang luas. Selain sebagai kemasan, kertas juga berfungsi sebagai media komunikator
dan media cetak. Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah sifanya
yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara
lingkungan. Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses pembuatan
dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya. Kemasan kertas dapat berupa
kemasan fleksibel atau kemasan kaku.
Beberapa jenis kertas yang dapat
digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah kertas kraft, kertas tahan lemak (grease
proof). Glassin dan kertas lilin (waxed paper) atau kertas yang
dibuat dari modifikasi kertas-kertas ini. Wadah-wadah kertas yang kaku terdapat
dalam bentuk karton, kotak, kaleng fiber, drum, cawan-cawan yang tahan air,
kemasan tetrahedral dan lain-lain, yang dapat dibuat dari paper board,
kertas laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board dari
kertas khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan bahan-bahan kemasan
lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif.
Karakteristik kertas didasarkan pada
berat atau ketebalannya. Berdasarkan berat maka kertas dapat dinyatakan dalam
berat (lb)/3000 ft2 atau yang disebut dengan rim. Di USA banyaknya rim standard
untuk kertas kemasan adalah 500 lembar dengan ukuran 24 x 36 inchi (61 x 91.5
cm). Di Eropa, Jepang dan negara-negara lainnya ukuran yang lebih umum adalah grammage
(g/m2). Grammage untuk kertas kemasan primer berkisar antara 18 lb/rim – 90
lb/rim (30 g/m2 – 150 g/m2), sedangkan untuk corrugated board berkisar
antara 72-85 lb/rim (117-300 g/m2).
3.
Kemasan
Kayu
Kelebihan kemasan kayu adalah
memberikan perlindungan mekanis yang baik terhadap bahan yang dikemas,
karakteristik tumpukan yang baik dan mempunyai rasio kompresi daya tarik terhadap
berat yang tinggi. Penggunaan kemasan kayu untuk anggur dan minuman-minuman beralkohol
dapat meningkatkan mutu produk karena adanya transfer komponen aroma dari kayu
ke produk. Penggunaan peti kayu untuk kemasan teh di beberapa negara juga masih
lebih murah dibandingkan bahan pengemas lain. Penggunaan kayu baik untuk
kemasan maupun untuk keperluan lain seperti bahan bangunan dan mebel/furniture
mempunyai masalah lingkungan dan pembuangan, karena tidak dapat didaur
ulang, sedangkan volumenya cukup besar. Selain itu negara-negara pengimpor
seperti Australia juga meminta adanya sertifikat yang menyatakan kayu tersebut
telah mendapat perlakuan khusus untuk mencegah penyebaran penyakit kayu atau
serangga, misalnya perlakuan fumigasi atau perlakuan kimia lainnya.
Kelemahan lain dari penggunaan kayu
sebagai kemasan adalah ketidakcukupan pengetahuan akan teknik dasar seperti
struktur kayu, metode perakitan dan sebagainya. Hingga saat ini perakitan kemasan
kayu masih dilakukan dengan cara yang sederhana, dan jarang sekali dilakukan pengamatan
terhadap kandungan air kayu, rancang bangun/disain yang efisien,
pengikatan/pelekatan tidak dengan jenis pengikat dan ukuran yang benar,
sehingga dihasilkan kemasan kayu dengan kekuatan yang rendah. Akibatnya nilai
ekonomis kemasan kayu menjadi rendah. Walaupun mempunyai kelemahan, tetapi
kemasan kayu tetap digunakan pada industri-industri alat berat dan mesin.
Kemasan kayu juga tetap merupakan alternatif untuk menemasan buah-buahan, sayur-sayuran
dan ikan yaitu dengan kemasan kayu berat-ringan (light-weigh wooden).
Peranan kemasan kayu di masa depan masih tetap baik terutama pada aplikasi
palet, dan merupakan salah satu alernatif penting disamping kertas dan plastik.
Hal ini disebabkan karena bahan baku kayu dan tenaga kerja yang masih cukup
tersedia. Penggunaan peti kayu untuk transportasi buah, sayur dan ikan masih
mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan, sehingga perlu dikembangkan pengetahuan
akan pembuatan kemasan berbahan baku kayu .
4.
Kemasan
Logam
Keunggulan
Kemasan Logam:
- mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi
- barrier yang baik terhadap gas,
uap air, jasad renik, debu dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermetis.
- Toksisitasnya relatif rendah
meskipun ada kemungkinan migrasi unsur logam ke bahan yang dikemas.
- Tahan terhadap perubahan-perubahan atau
keadaan suhu yang ekstrim
-
Mempunyai permukaan yang ideal untuk dekorasi dan pelabelan.
5.
Kemasan
Alumunium
Aluminium merupakan logam yang
memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih ringan daripada baja, mudah dibentuk,
tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun, dapat menahan masuknya gas,
mempunyai konduktivitas panas yang baik dan dapat didaur ulang. Tetapi
penggunaan aluminium sebagai bahan kemasan juga mempunyai kelemahan yaitu
kekuatan (rigiditasnya) kurang baik, sukar disolder sehingga sambungannya tidak
rapat sehingga dapat menimbulkan lubang pada
kemasan, harganya lebih mahal dan mudah mengalami perkaratan sehingga
harus diberi lapisan tambahan.
Reaksi aluminium dengan udara akan
menghasilkan aluminium oksida yang merupakan lapisan film yang tahan terhadap
korosi dari atmosfir. Penggunaan aluminium sebagai wadah kemasan, menyebabkan
bagian sebelah dalam wadah tidak dapat kontak dengan oksigen, dan ini menyebabkan
terjadinya perkaratan di bagian sebelah dalam kemasan. Untuk mencegah
terjadinya karat, maka di bagian dalam dari wadah aluminium ini harus diberi
lapisan enamel. Secara komersial penggunaan aluminium murni tidak
menguntungkan, sehingga harus dicampur dengan logam lainnya untuk mengurangi
biaya dan memperbaiki daya tahannya terhadap korosi. Logam-logam yang biasanya
digunakan sebagai campuran pada pembuatan wadah aluminium adalah tembaga,
magnesium, mangan, khromium dan seng (pada media alkali).
6.
Kemasan
Plastik
Kemasan plastik saat ini mendominasi
industri makanan di Indonesia, menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas.
Hal ini disebabkan karena kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel,
multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat
seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah. Kelemahan dari plastik
karena adanya zat monomer dan molekul kecil dari plastik yang mungkin
bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas. Plastik sering dibedakan dengan
resin, karena antara plastik dan resin tidak jelas perbedaannya. Secara alami,
resin dapat berasal dari tanaman seperti balsam, damar, terpentin. Oleoresin
dan lainlain. Teapi kini resin sintesis sudah dapat diproduksi misalnya
selofan, akrilik seluloid, formika, nilon, fenol formaldehida resin dan
sebagainya.
7.
Kemasan
Edible
Dalam 20 tahun terkahir, bahan
kemasan yang berasal dari polimer petrokimia atau yang lebih dikenal dengan
plastik, merupakan bahan kemasan yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan
karena berbagai keunggulan plastik seperti fleksibel, mudah dibentuk,
transparan, tidak mudah pecah dan harganya yang relatif murah. Namun ternyata,
polimer plastik juga mempunyai berbagai kelemahan, yaitu sifatnya yang tidak
tahan panas, mudah robek dan yang paling penting adalah dapat menyebabkan
kontaminasi melalui transmisi monomernya ke bahan yang dikemas. Kelemahan lain
dari plastik adalah sifatnya yang tidak dapat dihancurkan secara alami (non
- biodegradable), sehingga menyebabkan beban bagi lingkungan
khususnya pada negara-negara yang tidak melakukan daur ulang (recycling).
Sampah plastik bekas pakai tidak akan hancur meskipun telah ditimbun berpuluh-puluh
tahun, akibatnya penumpukan sampah plastik dapat menyebabkan pencemaran dan
kerusakan bagi lingkungan hidup.
8.
Pengemasan
Aseptik
Sistem pengemasan aseptis digunakan
untuk mengemas berbagai macam produk seperti bahan pangan dan obat-obatan. Dalam
pengawetan bahan pangan, pengemasan aseptis banyak digunakan untuk pengawetan
minuman atau makanan berbentuk cair terutama susu dan sari buah yang mengandung
asam rendah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan
atau pengepakan, dan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil
pertanian, karena pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan. Pengemasan
adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi
terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas / dibungkusnya. Sebelum
dibuat oleh manusia, alam juga telah menyediakan kemasan untuk bahan pangan, seperti
jagung dengan kelobotnya, buah-buahan dengan kulitnya, buah kelapa dengan sabut
dan tempurung, polong-polongan dengan kulit polong dan lain-lain. Manusia juga
menggunakan kemasan untuk pelindung tubuh dari gangguan cuaca, serta agar
tampak anggun dan menarik.
Dan Makanan setengah basah adalah salah
satu proses pengolahan bahan makanan yang dilakukan untuk menciptakan citarasa
yang khas. Contoh dari makanan setengah basah seperti: Dodol, terasi dan saus
tomat.
B.
Saran
Penulis hanya bisa berpesan, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna
dan pahamilah bagaimana cara pengemasan yang benar dan mulailah untuk
mengenalkan apa itu Makanan Setengah Basah.
Daftar Pustaka
Desroseir, N.
W. And J.N.Desrosier.1997. The Thecnology of Food Preservation. A VI Pulb. Co.,
Westport Connecticut.
Syarief, R.,
Santausa, S., and Isyana, B. S. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium
Rekayasa Proses Pangan – Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB-Bogor.
Van den Berg,C and S.Bruin, 1981. Water Activity and Estimation in
Food System. In : L.B.
Rockland and G. F.Stewart (ed). Water Activity : Influences on Food
Quality. Academic
Press, New York.
Winarno, F.G. 1990. Migrasi Monomer Plastik Ke Dalam Makanan. Di
dalam : S.Fardiaz
dan D.Fardiaz (ed), Risalah Seminar Pengemasan dan Transportasi
dalam Menunjang
Pengembangan Industri, Distribusi dalam Negeri dan Ekspor Pangan.
Jakarta.