Hai.... nih saya ada sedikit contoh buat laporan HACCP...
nggak usah basa basi lah... langsung aja ni liat...
nggak usah basa basi lah... langsung aja ni liat...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Instalasi Gizi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
merupakan salah satu penunjang yang menyelenggarakan makanan bagi pasien rawat
inap. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit ini dilaksanakan untuk menyediakan
makanan yang kualitasnya baik dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan pasien.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan penampilan, rasa,
tekstur, aroma dan sanitasi dari makanan tersebut. Salah satu cara pengawasan
mutu makanan yaitu dengan menerapkan Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP),
sehingga makanan yang disajikan terjaga keamanannya untuk dikonsumsi.
HACCP adalah suatu evaluasi sistematis terhadap
prosedur pengolahan atau penyiapan makanan yang spesifik untuk mengidentifikasi hazard yang berkaitan dengan ingredient atau
dengan prosedur pengolahan itu sendiri, dan untuk mengetahui cara mengendalikan hazard tersebut.Tujuan HACCP adalah untuk
menjamin bahwa produk makanan memang aman untuk di konsumsi. Penerapan HACCP
tersebut meliputi semua kegiatan yang dimulai dari penanganan bahan mentah,
pemilihan bahan mentah, persiapan, pengolahan, penyimpanan dan penyajian
makanan matang.
Salah satu hidangan lauk hewani yang disediakan oleh
bagian Instalasi Gizi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sebagai menu biasa bagi
pasien adalah Ayam Bakar (diberikan untuk menu makan siang kelas II dan III).
Pada lauk hewani ini perlu dilakukan tindakan HACCP mengingat bahan bakunya
berupa daging ayam yang rentan terhadap bahaya biologi, fisik, dan kimia.
Selain bahaya yang berasal dari bahan baku, bahaya juga dapat timbul pada saat
penerimaan maupun persiapan bahan baku. Bahaya tersebut timbul bila kualitas
bahan tidak sesuai standar, ada kontaminasi dengan bahan makanan yang lain dan
kebersihan alat pada waktu digunakan. Oleh karena untuk menerapkan HACCP kami
mencoba melakukan pengamatan penelitian tentang “Pengawasan Mutu Makanan (HACCP) Pada Lauk Hewani Makanan Biasa”.
1.2 Rumusan
Masalah
Bagaimanamutu
makanan pada lauk hewani makanan biasa pada tahapan proses penyelenggaraan
makanan yang diolah di Instalasi Gizi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu melaksanakan pengawasan mutu makanan sesuai tahapan proses
penyelenggaraan makanan pada lauk hewani makanan biasa.
1.3.2 Tujuan
Khusus
1) Diketahuinya
diagram alir proses produksi makanan lauk hewani pada makanan biasa.
2) Diketahuinya
pengawasan mutu bahan baku lauk hewani pada makanan biasa.
3) Diketahuinya
pengawasan mutu tahap persiapan bahan lauk hewani pada makanan biasa.
4) Diketahuinya
pengawasan mutu tahap penyimpanan lauk hewani pada makanan biasa.
5) Diketahuinya
pengawasan mutu tahap pengolahan lauk hewani pada makanan biasa.
6) Diketahuinya
pengawasan mutu tahap pendistribusian lauk hewani pada makanan biasa.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Bagi
Instalasi Gizi RSUD Arifin Achmad
Sebagai bahan evaluasi terhadap
hasil olahan yang disajikan dan dapat mengatasi atau mengurangi penyimpangan -
penyimpangan kualitas dan
keamanan makanan yang ada.
2) Bagi
Mahasiswa
Memberikan suatu kesempatan bagi
mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dan menambah pengalaman
dari permasalahan yang ditemui.
3) Bagi
Konsumsi / Pasien
Sebagai
jaminan mutu keamanan pangan pada lauk hewani. Terutama bagi pasien RSUD Arifin Achmad.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
HACCP
2.1.1
Pengertian
HACCP
merupakan sistem yang mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul dan
cara pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut. Bahya tersebut berasal
dari bahan biologi, kimia atau fisik, atau kondisi yang dapat menimbulkan
resiko kesehatan yang tidak diinginkan terhadap konsumen. Control point (CP: titik kendali/kontrol) adalah setiap titik,
tahap atau prosedur yang dapat mengendalikan faktor biologi, kimia daan fisik. Critical Control Point (CCP: titik
kendali/kontrol kritis) adalah setiap titik, tahap atau prosedur pada suatu
sistem makanan yang jika tidak terkendali dapat mengakibatkan risiko kesehatan
yang tidak diinginkan.
2.1.2
Prinsip
HACCP
merupakan suatu pendekatan sistematik untuk menjamin keamanan makanan, terdiri
dari tujuh prinsip, yaitu:
1. Mengidentifikasi
bahaya dan penetapan resiko
2. Penetapan
CCP (Critical Control Point)
3. Penetapan
limit/batas kritis
4. Pemantauan
CCP
5. Tindakan
koreksi terhadap penyimpangan
6. Verifikasi
7. Dokumentasi
2.1.3 Identifikasi Bahaya dan
Penetapan Resiko
Identifikasi bahaya adalah evaluasi
spesifik terhadap produk pangan dan bahan mentah serta bahan tambahan untuk
menentukan risiko terhadap adanya bahaya kesehatan.
a.
Jenis Bahaya
Jenis
bahaya yang mungkin terdapat didalam makanan dibedakan atas tiga kelompok
bahaya, yaitu:
1)
Bahaya biologis
disebabkan oleh bakteri patogen, virus, parasit yang dapat menyebabkan
keracunan, penyakit infeksi, atau infestasi.
2)
Bahaya kimia
disebabkan karena tertelannya toksin alami atau bahan kimia yang beracun baik
yang ditambahkan secara sengaja maupun tidak sengaja.
3)
Bahaya fisik
disebabkan karena tertelannya benda – benda asing yang seharusnya tidak boleh
terdapt pada makanan. Bahaya fisik dapat timbul selama pemanenan, penanganan,
pengolahan, pengemasan, penghidangan dan sebagainya, seperti pecahan kayu,
pecahan gelas, kerikil, logam, serangga, rambut dan lain – lain.
b.
Identifikasi
Bahaya
Pada
tahap ini diidentifikasi bahaya – bahaya potensial yang berhubungan dengan
produksi makanan pada setiap tahap, mulai dari pemeliharaan, pengolahan,
distribusi sampai konsumsi, kemudian diteliti kemungkinan terjadinya bahaya
tersebut dan mengidentifikasi cara – cara pencegahan untuk mengendalikannya.
Tabel 2.1 Pengelompokan Produk
Berdasarkan Bahayanya
Kelompok Bahaya
|
Karakteristik
Bahaya
|
Bahaya
A
|
Kelompok
produk khusus yang terdiri dari produk nonsteril yang ditujukan untuk
konsumen beresiko tinggi seperti bayi, orang sakit, orang tua dan sebagainya
|
Bahaya
B
|
Produk
mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya biologis, kimia, dan fisik.
|
Bahaya
C
|
Didalam
proses produksi tidak terdapat tahap yang dapat
·
Membunuh
mikroorganisme berbahaya
·
Atau
mencegah/menghilangkan bahaya kimia atau fisik
|
Bahaya
D
|
Produk
yang kemungkinan mengalami pencemaran kembali setelah pengolahan sebelum
pengemasan.
|
Bahaya
E
|
Kemungkinan
dapat terjadi kontaminasi kembali selama distribusi, penjualan atau
penanganan oleh konsumen, sehingga produk menjadi berbahaya bila dikonsumsi.
|
Bahaya
F
|
Tidak
ada proses pemanasan setelah pengemasan yang dapat menghilangkan bahaya biologis
atau tidak ada cara konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan bahaya kimia
atau fisik.
|
c.
Penetapan Resiko
Setiap produk
diidentifikasi terhadap kemungkinan mengandung bahaya A sampai F, kemudian
dikelompokkan berdasarkan kategori resiko.
Tabel 2.2
Kategori Penetapan Resiko
Kategori Resiko
|
Karakteristik Bahaya
|
Keterangan
|
0
|
0 (tidak ada bahaya)
|
Tidak
mengandung bahaya A sampai F
|
I
|
(+)
|
Mengandung
satu bahaya A sampai F
|
II
|
(++)
|
Mengandung
dua bahaya A sampai F
|
III
|
(+++)
|
Mengandung
tiga bahaya A sampai F
|
IV
|
(++++)
|
Mengandung
empat bahaya A sampai F
|
V
|
(+++++)
|
Mengandung
lima bahaya A sampai F
|
VI
|
A+ (kategori khusus) tanpa/dengan bahaya A sampai
F
|
Kategori
resiko paling tinggi (semua produk yang mempunyai bahaya A)
|
2.1.4
Penetapan CCP
CCP
(Critical Control Point) atau titik
kendali kritis atau titik kontrol adalah titik prosedur atau tahap operasional yang
dapat dikendalikan untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya
bahaya. Titik, prosedur atau tahap operasional yang dapat dikendalikan termasuk
bahan mentah (produksi, pemeliharaan danpengadaan), penerimaan dan penanganan
bahan, formulasi atau komposisi, pengolahan, pengemasan, distribusi dan
transportasi, penjualan konsumsi, lokasi, kondisi atau lingkungan.
CCP
dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
CCP 1
: CCP yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan atau mencegah bahaya
CCP
2 : CCP yang dapat dikendalikan untuk mengurangi bahaya, tetapi tidak dapat
menghilangkan atau mencegah bahaya.
2.1.5
Penetapan Batas/Limit Kritis
·
Batas/limit
kritis adalah suatu nilai yang merupakan batas antara keadaan dapat diterima
dan tidak dapat diterima
·
Batas kritis
ditetapkan pada setiap CCp yang telah ditentukan
·
Batas kritis
tersebut harus dipenuhi untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan dengan baik.
·
Kriteria batas
kritis
CCP
yang melampaui atau menyimpang dari batas kritis menunjukkan kemungkinan
terjadinya beberapa hal yang membahayakan, misalnya:
·
Terjadinya
bahaya bagi kesehatan
Contoh : Ditemukannya
kerikil atau rambut pada makanan kemungkinan bahaya dapat meningkat/berkembang.
2.1.6
Pemantauan
·
Kegiatan
pemantauan mencakup: pemeriksaan apakah prosedur penanganan dan pengolahan CCP
dapat dikendalikan dengan baik.
·
Pengamatan
terjadwal terhadap efektifitas suatu proses tujuan pengendalian CCP dan batas
kritisnya untuk memperoleh data dengan tujuan menjamin batas kritis yang
ditetapkan dapat menjamin keamanan produk.
2.1.7 Tindakan Koreksi Terhadap
Penyimpangan
Jika
hasil pemantauan telah terjadi penyimpangan terhadap CCP dan batas kritisnya,
maka harus dilakukan tindakan koreksi. Tindakan koreksi berbeda – beda
tergantung tingkat resiko produk. Semakin tinggi resiko produk semakin cepat
tindakan koreksi harus dilakukan.
2.1.8 Verifikasi
Verifikasi
merupakan kegiatan evaluasi terhadap program atau rancangan HACCP untuk
membuktikan bahwa sistem HACCP yang diterapkan bekerja secara efektif.
Tujuannya untuk memeriksa apakah program HACCP telah dilaksanakan sesuai dengan
rancangan HACCP yang ditetapkan masih efektif.
2.1.9 Dokumentasi
Tujuan dari sistem dokumentasi dalam
program HACCP adalah untuk mengarsipkan rancangan HACCP dengan cara menyusun
catatan yang teliti, rapi mengenai seluruh sistem dan penerapan HACCP dan
memudahkan pemeriksaan oleh instansi berwenang jika produk yang dihasilkan
diketahui penyebab kasus keracunan.
2.2
Lauk Hewani Makanan Biasa
2.2.1
Defenisi Lauk Hewani
Lauk
hewani adalah makanan yang banyak mengandung protein dengan nilai biologi yang
tinggi dari lauk nabati serta mengandung zat besi dan kalsium yang tinggi.
Bahan makanan hewani juga merupakan sumber protein yang baik dan jumlah
maupun mutu seperti telur, daging,
unggas dan ikan.
2.2.2
Makanan Biasa
Makanan
biasa sama dengan makanan sehari – hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan
bentuk, tekstur dan aroma yang normal. Makanan biasa diberikan kepada pasien
yang berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus (diet). Makanan
diberikan dalam bentuk mudah cerna dan tidak merangsang saluran cerna.
2.2.3
Tujuan Diet
Untuk
memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi untuk mencegah dan mengurangi
kerusakan jaringan tubuh.
2.2.4
Syarat Diet
· Energi
diberikan sesuai kebutuhan orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat.
· Tidak
merangsang.
· Cukup
mineral, vitamin dan kaya serat.
· Makanan
sehari – hari beraneka ragam dan bervariasi.
2.2.5
Protein Hewani Pada Makanan Biasa
Pemberian
protein pada makanan biasa disesuaikan dengan menu untuk makanan biasa seperti
ayam bakar, semur ayam, gulai ayam, opor daging dan lain – lain, agar pasien
mudah mengkonsumsi makanan diberikan sesuai dengan diet yang diberikan oleh
ahli gizi berdasarkan penyakit yang diderita oleh pasien.
Dalam merencanakan diet, disamping
memperhatikan jumlah protein perlu diperhatikan pula mutunya. Protein hewani
pada umumnya mempunyai susunan asam amino yang paling sesuai dengan kebutuhan
pasien. Untuk menjamin mutu protein dalam makanan sehari – hari, dianjurkan
sepertiga bagian protein yang dibutuhkan berasal dari protein hewani.
Penyajian makanan biasa dapat dihidangkan dengan
lauk hewani yang diolah dengan cara digoreng, direbus, ditumis dengan tidak
menggunakan bumbu yang tajam. Dengan pemasakannya melalui beberapa tahap dari
proses penerimaan, persiapan, pengolahan, penyajian dan pendistribusian untuk
mengetahui mutu dari masakan dapat dilakukan dengan metode HACCP.
BAB III
PENERAPAN HACCP PADA LAUK HEWANI (AYAM BAKAR)
3.1 Deskripsi Produk
Produk :
Ayam Bakar
Deskripsi produk : ayam bakar
merupakan makanan dari bahan baku ayam yang ditambah bumbu – bumbu yang sudah
dihaluskan (Cabe merah giling, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit,
serai, daun salam, daun jeruk, daun kunyit, santan dan garam) kemudian ditumis
hingga matang kemudian masukkan daging ayam.
a. Bahan : Daging Ayam
b. Bumbu
:
· Cabe
merah - kemiri
· Bawang
merah - garam
· Bawang
putih
· Jahe
· Lengkuas
· Kunyit
· Serai
· Daun
salam
· Daun
jeruk
· Daun
kunyit
· Santan
c. Alat
·
Pisau
·
Talenan
·
Blender
·
Panci
·
Sendok goreng
·
Kuali penggoreng
·
Baskom
d. Cara
membuat :
·
Daging ayam
dipotong – potong lalu dicuci
·
Semua bumbu
dihaluskan kemudian ditumis
·
Masukkan daging
ayam dan santan rebus selama 30 menit
·
Panggang daging
ayam yang telah direbus sampai 15 menit
Berikut
hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan makanan :
a. Konsumen
atau pasien
Pasien yang dilayani
yaitu pasien kelas II dan III pada menu makan siang hari ke VI (enam)
b. Satuan
atau porsi
Setiap pasien diberikan
1 porsi ayam bakar
c. Pengolahan
1. Penerimaan
a) Daging
ayam diterima, ditimbang dengan spesifikasi :
Baru, padat, 50 – 75 gr/potong
b) Bumbu
(Cabe merah giling, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, serai,
daun salam, daun jeruk, daun kunyit, santan dan garam) diterima dan ditimbang
dengan spesifikasi untuk bawang merah dan bawang putih yaitu kering, bersih,
padat, tua, besarnya merata, tidak busuk, dan untuk spesifikasi jahe, lengkuas,
kunyit yaitu segar atau baru, bersih dan tidak bercampur pasir atau tanah, dan
untuk bumbu – bumbu rempah kering dan dengan spesifikasi kering, bersih, padat
dan tidak berserbuk. Daun jeruk, daun salam, daun kunyit dan serai, segar atau
baru, hijau tidak berulat, dan bersih.
2. Persiapan
a) Daging
ayam dicuci dengan air mengalir
b) Bumbu
: untuk cabe merah giling, bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, kunyit,
lengkuas, garam dikeluarkan dari ruang penyimpanan kemudian dihaluskan dengan
blender
c) Daun
salam, daun jeruk, daun kunyit
d) Serai
di memarkan
3. Cara
Pembuatan
a) Daging
ayam dicuci, dipotong
b) Bumbu
yang sudah dihaluskan campur dengan bahan lainnya sambil dicampur, kemudian
ditumis
c) Kemudian
masukkan daging ayam, aduk – aduk tambahkan santan
d) Masak
sampai daging ayam empuk sekitar 30 menit
e) Setelah
itu angkat dan panggang daging ayam sekitar 15 menit
4. Pendistribusian
Pendistribusian ayam bakar yaitu
menggunakan sistem sentralisasi. Ayam bakar yang telah diporsikan kedalam plato
atau ompreng selanjutnya didistribusikan kepada pasien.
3.2 Nilai Gizi Ayam Bakar
Tabel 3.1 Nilai Gizi Untuk 100 gr Ayam
Bakar
No
|
Informasi Zat Gizi
|
Per 100 gram (g)
|
1
|
Energi
|
167 kkal
|
2
|
Lemak
|
6,63 gr
|
-Lemak jenuh
|
1,81 gr
|
|
-Lemak tak jenuh ganda
|
1,51 gr
|
|
-Lemak tak jenuh tunggal
|
2,5 gr
|
|
3
|
Kolesterol
|
75 mg
|
4
|
Protein
|
25,01 gr
|
5
|
Karbohidrat
|
0,0 gr
|
6
|
Serat
|
0,0 gr
|
7
|
Sodium
|
75 mg
|
8
|
Kalium
|
229 mg
|
3.3
Diagram Alur
Bahan Baku
3.4
Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahan Pada Bahan Mentah
Tabel 3.2
No
|
Bahan Mentah
|
Bahaya
F/K/B(M)
|
Jenis Bahaya
|
Cara Pencegahan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Daging ayam
Bawang merah
Bawang putih
Jahe
Lengkuas
Kemiri
Daun salam, daun
kunyit, daun jeruk, serai
Kunyit
Santan
Garam
|
B(M)
B
K
F
B
K
F
F
F
F
F
B
F
B
F
F
|
Bakteri
Ulat
Pestisida
Busuk dan
berwarna hitam
Ulat
Pestisida
Busuk dan
berwarna hitam
Rusak, busuk
Rusak, busuk
Rusak
Debu
Ulat
Rusak, busuk
Bakteri
Basi, Bau tidak
sedap
Mencair
|
·
Pemilihan daging ayam yang
segar,
serta bebas dari aroma yang menyengat
·
Jika belum diolah simpan dalam lemari pendingin
·
Langsung diolah
·
Hilangkan bagian yang rusak
·
Simpan pada tempat yang kering
·
Menghilangkan bagian yang busuk
·
Dicuci pada air mengalir
·
Hilangkan bagian yang rusak
·
Simpan pada tempat yang kering
·
Menghilangkan bagian yang busuk
·
Dicuci pada air mengalir
·
Pemilihan jahe yang segar
·
Disimpan ditempat yang kering
·
Pemilihan lengkuas yang segar
·
Disimpan ditempat yang kering
·
Pemilihan kemiri yang bagus
·
Penyimpanan jangan terlalu lama
·
Bersihkan dengan menggunakan
air yang mengalir
·
Menghilangkan bagian yang ada ulatnya
·
Pemilihan kunyit yang segar
·
Disimpan ditempat yang kering
·
Memilih santan yang segar
·
Digunakan langsung
·
Jika belum diolah simpan dalam freezer
·
Simpan pada tempat yang kering
·
Hindari dari sinar matahari secara langsung
·
Jangan terlalu dekat dengan
panas
alat untuk memasak seperti kompor
|
3.5 Identifikasi
Bahaya dan Cara Pencegahan Pada Peralatan
Tabel 3.3
No
|
Peralatan
|
Bahaya
B/F/K/
|
Jenis Bahaya
|
Cara
Pencegahan
|
1
2
3
4
5
|
Pisau
Talenan
Baskom
Panci
Sutil/sendok
goreng
|
K
B
B
B
K
B
K
|
Sisa
bekas pemotongan, karat
Sisa
bekas pemotongan bahan makanan
Sisa
kotoran dan minyak yang menempel
Bakteri
dari sisa makanan yang diolah sebelumnya.
Karat,
sisa kotoran yang menempel, bakteri dari sisa makanan
Bakteri
dari sisa makanan yang diolah sebelumnya.
Karat,
sisa kotoran yang menempel, bakteri dari sisa makanan
|
Cuci
sebelum dan setelah digunakan dan dikeringkan
Cuci
sebelum dan setelah dipakai
Cuci
menggunakan sabun dan bilas hingga bersih setelah digunakan
Cuci
dengan sabun dan bilas hingga bersih setelah digunakan, simpan dengan cara
digantung ditempat yang kering
Cuci
dengan sabun dan bilas hingga bersih setelah digunakan, simpan dengan cara
digantung ditempat yang kering
|
3.6 Identifikasi
Bahaya dan Cara Pencegahan Pada Proses Pengolahan
Tabel 3.4
No
|
Proses
|
Bahaya
B/F/K/
|
Jenis Bahaya
|
Cara
Pencegahan
|
1
2
3
4
5
|
Persiapan
Pemotongan
Pencucian
Pemasakan
Distribusi
|
F
B
B
B.F.K
B, F
|
Kotoran
Bakteri
dari alat pemotongan
Bakteri
E.Colli, kualitas air
Pemasakan
yang terlalu matang, kontaminasi bahan kimia dari sisa sabun
Bakteri
pada peralatan makan, troli makan, kotoran debu sebelum pengepakan ( wrapping
)
|
Pengecekan
bahan makanan sebelum digunakan
Mencuci
alat pemotongan dengan sabun sesudah dipakai
Gunakan
air yang bersih
Hindari
pemasakan dengan api yang terlalu besar dan lama, jauhkan bahan-bahan
pembersih dari tempat memasak
Pencucian
peralatan makan dengan sabun dan dibilas hingga bersih dan dikeringkan dengan
kain bersih, usahakan makanan selalu tertutup hingga makanan dipakkan
|
3.7 Identifikasi
Penjamah Makanan
Tabel 3.5 Identifikasi Penjamah Makanan
No
|
Penjamah
Makanan
|
Bahaya
B/F/K/
|
Jenis Bahaya
|
Cara
Pencegahan
|
1
|
Penjamah
|
B,F
|
Bakteri
dari tangan penjamah, rambut, kotoran, keringat.
|
Penjamah
mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan, memakai korpus dan
sarung tangan.
|
3.8 Penetapan Pemantauan Pada Setiap CCP
Tabel 3.6
Penetapan Pemantauan Pada Setiap CCP
No
|
Kegiatan Pemantauan
|
Cara Pemantauan
|
Hasil Pemantauan
|
1
|
Penerimaan
|
Pengamatan
|
-
Bahan yang diterima masih dalam
keadaan yang baik
-
Bahan sesuai dengan sfesifikasi
dan ditimbang
|
2
|
Persiapan
|
Pengamatan
uji sanitasi alat dan uji kesegaran tahu
|
-
Pencucian danging ayam dengan
air mengalir
-
Tenaga pengolah menggunakan
pakaian lengkap namun tidak memakai masker dan tidak memakai corpus atau
penutup kepala
|
3
|
Pengolahan
|
Pengamatan
|
-
Bahan yang sudah diolah
kemudian dimasak sampai matang
-
Tenaga pengolah menggunakan
pakaian lengkap namun tidak memakai corpus atau penutup kepala
|
4
|
Distribusi
|
Pengamatan
|
-
Pramusaji tidak menggunakan
masker
-
Tenaga promosi tidak
menggunakan celemek dan sarung tangan
-
Tanaga pendistribusian tidak
menggunakan corpus
-
Makanan disajikan dengan
menggunakan plato atau ompreng
|
3.9 Analisis Resiko Bahaya
Tabel 3.7
Analisis Resiko Bahaya
No
|
Bahan Mentah
|
Kelompok Bahaya
|
Kategori Resiko
|
|||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
|||
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Daging
ayam
Cabe
merah giling
Bawang
merah
Bawang
putih
Jahe
Lengkuas
Kunyit
Serai
Kemiri
garam
Daun
salam
Daun
jeruk
Daun
kunyit
Santan
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
+
|
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
|
-
+
-
-
+
+
-
-
-
-
+
+
+
-
|
+
-
+
+
-
-
+
+
+
-
-
-
-
+
|
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
|
-
+
+
+
+
+
+
+
+
-
-
-
-
+
|
III
III
III
III
III
III
III
III
III
II
II
II
II
V
|
Keterangan :
A : produk untuk konsumen beresiko tinggi
B : mengandung bahan yang sensitif terhadap bahaya
biologi/kimia/fisik
C : tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan
bahaya
D : mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E : kemungkinan penanganan yang salah selama
distribusi, penjualan/konsumsi
F : tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya
konsumen
3.10 Kategori Resiko
Tabel 3.8
Kategori
Resiko
|
Karakteristik
Bahaya
|
Keterangan
|
0
|
0 (tidak ada bahaya)
|
Tidak
mengandung bahaya A sampai F
|
I
|
(+)
|
Mengandung
satu bahaya A sampai F
|
II
|
(++)
|
Mengandung
dua bahaya A sampai F
|
III
|
(+++)
|
Mengandung
tiga bahaya A sampai F
|
IV
|
(++++)
|
Mengandung
empat bahaya A sampai F
|
V
|
(+++++)
|
Mengandung
lima bahaya A sampai F
|
VI
|
A+ (kategori khusus) tanpa/dengan bahaya A sampai
F
|
Kategori
resiko paling tinggi (semua produk yang mempunyai bahaya A)
|
3.11
Penetapan CCP
3.11.1 Bagan Panduan Penetapan CCP
Terhadap Bahan Mentah
3.11.2 Bagan Panduan Penetapan CCP
Terhadap Proses Pengolahan
3.11.3
Bagan
Panduan Penetapan CCP Terhadap Tahap Distribusi
Tahapan Proses
|
Jenis Bahaya
|
CCP
No.
|
Critical limit
|
Pemantauan
|
Tindakan koreksi
|
Verifikasi
|
Dokumentasi
|
|
Apa
|
Bagaimana
|
|||||||
Tahap Pengolahan
|
Kimia
|
3.11.2
|
Pembakaran terlalu lama dapat mengakibatkan
bertambahnya zat-zat berbahaya pemicu kanker, yaitu zat karbon.
|
Pembakaran dilakukan tidak terlalu lama untuk
menghindari radikal bebas.
|
Pengamatan
|
Dalam
proses pembakaran bahan makanan tidak terlalu lama dan
peralatan pembakaran dibersihkan terlebih dahulu.
|
Masakan
daging pada waktu yang
tepat, alat masak bersih dan daging ayam
tidak gosong.
|
Buku
laporan dan memo serta foto.
|
Tahap Pendistribusian
|
Biologi
& fisik
|
3.11.3
|
Pencucian alat penyajian yang kurang bersih, sebagai
pencetus tumbuhnya atau tercemar bakteri
E-colli dan Salmonella sp Kebersihan alat penyajian
|
Kebersihan
alat penyajian makanan.
|
Pengamatan
|
Alat
penyajian makanan
harus bersih
|
Pilih
peralatan penyajian makanan yang bersih
|
Buku
laporan dan memo serta foto.
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil
pengamatan yang sudah dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2013 pada saat makan
siang, terlihat bahwa pada penerapam HACCP pembuatan ayam
bakar yang menjadi Critical Control
Point (CPP) terdapat pada tahap pengolahan makanan dan pendistribusian makanan.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
4.1 CCP Tahap
Pengolahan.
Pada tahap pengolahan yang menjadi titik pengendali
kritis adalah pada saat proses pembakaran ayam. Ditakutkan saat pembakaran ayam
yang terlalu lama akan mengakibatkan terkontaminasinya makanan dengan radikal
bebas yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Yaitu zat yang terdapat pada zat
arang bekas api atau zat karbon.
Untuk mengendalikan hal tersebut, perlu ada pengawasan
yang ekstra dalam proses pembakaran. Lama waktu pembakaran adalah salah satu faktor yang harus diawasi.
Waktu untuk melakukan proses pembakaran ayam sebaiknya dalam waktu sebentar dan
jangan sampai gosong, karena dipengolahan sebelumnya ayam telah direbus dahulu
dengan bumbu-bumbu.
4.2 CCP Tahap
Pendistribusian.
Pada tahap pendistribusian yang menjadi titik
pengendali kritis yaitu terletak pada tempat penyajian makanan, diakibatkan
karena pencucian peralatan penyajian yang kurang bersih. Sehingga, peralatan
penyajian makanan tersebut dapat menjadi sumber bersarangnya bakteri E-colli
dan Salmonella sp yang membahayakan kesehatan pasien.
Untuk
mengendalikan hal tersebut, perlu adanya pengawasan dalam proses pencucian
peralatan yang digunakan untuk penyajian makanan. Pencucian peralatan penyajian
seharusnya benar-benar diperhatikan kebersihannya dan dengan menggunakan
pembersih yang ramah lingkungan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.
Pada proses peneapan pembuatan Ayam Bakar di Instalasi Gizi RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru terdapat beberapa bahaya yang mungkin terjadi di
beberapa tahapan proses produksinya. Dari hasil analisa bahaya berdasarkan
pengamatan di lapangan, tahapan – tahapan yang termasuk CCP dalam pembuatan Ayam
Bakar adalah produk Ayam Bakar itu sendiri, proses pengolahan dan pendistribusian.
Hal ini dapat dicegah dengan memperhatikan indikator keamanan pangan dan proses
yang sesuai dengan hygiene dan sanitasi yang baik.
5.2 Saran.
Ø Harus
memperhatikan segi hygienitas pada tiap proses produksi, mulai penerimaan hingga
distribusi dan makanan dikonsumsi, misalnya dengan selalu mempergunakan sarung
tangan saat menjamah makanan.
Ø Dalam
proses pemasakan sebaiknya diperhatikan waktu dan suhu yang sesuai dengan
proses pemasakan untuk membantu mematikan bakteri yang mungkin tumbuh.
Ø Perlu
memperhatikan holding time untuk mengurangi risiko
kontaminasi, dan pada waktu tunggu perlu menggunakan alat pemanas untuk menjaga
keadaan makanan, agar suhu makanan tidak turun terlalu banyak.
Ø Perlu
adanya dukungan direksi untuk pemenuhan sarana dan prasarana pemeriksaan
laboratorium guna pemeriksaan secara kimia dan mikrobiologi untuk mendukung
penerapan HACCP.
Ø Dilakukan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai hygiene dan sanitasi
makanan untuk mendukung keamanan pangan bagi pasien dan konsumen makanan Rumah
Sakit.
Tu Agan dan Ganwati.... Kalau ada yang salah mohon informasi dan kritikannya ya>??? terima kasih.