Selasa, 08 Mei 2012

Diet Penyakit HIV/AIDS


Gambaran Umum:
AIDS (The Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan tahap akhir penyakit infeksi yang disebabkan oleh HIV (Human Immuno Deficiency Virus) yang dapat menimbulkan infeksi pada system organ tubuh termasuk otak sehingga menyebabkan rusaknya system kekebalan tubuh.
Memburuknya status gizi merupakan resiko tertinggi penyakit ini. Gangguan gizi pada pasien AIDS umumnya terlihat pada penurunan berat badan. Ada dua tipe penurunan berat badan pada AIDS, yaitu penurunan berat badan yang lambat dan yang cepat. Penurunan berat badan yang cepat sering dihubungkan dengan infeksi oportunistik. Penurunan berat badan lebih dari 20% BB sulit diperbaiki dan sering mempunyai prognosa yang buruk.
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangny asupan makanan, gangguan absorpsi dan metabolism zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktifitas fisik. Kurangnya asupan makanan disebabkan oleh anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah, sesak nafas, diare, infeksi dan penyakit saraf yang menyertai penyakit HIV/AIDS. Karena gangguan gizi memegang peranan penting dalam pathogenesis penyakit HIV/AIDS, terapi diet dan konsultasi gizi memegang peranan penting dalam upaya penyembuhan.
Tujuan Diet
Tujuan Umum
Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1.       Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
2.       Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
3.       Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
4.       Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.
Tujuan Khusus
Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1.       Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
2.       Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan.
3.       Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
4.       Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).
5.       Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.

Syarat Diet
Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:
1.       Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.
2.       Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan  ginjal dan hati.
3.       Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
4.       Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena  dapat menekan kekebalan tubuh.
5.       Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
6.       Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid).
7.       Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium dan klorida).
8.       Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.
9.       Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
10.   Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien dengan:
1.       Infeksi HIV positif tanpa gejala.
2.       Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).
3.       Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
4.       Infeksi HIV dengan TBC.
5.       Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.

I.                    Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.
Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri  atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule).
Bahan Makanan Sehari
Makanan Cair Oral
Bahan Makanan
Berat(g)
urt
Susu whole bubuk
Tepung maizena/kacang hijau/beras/havermount
Telut ayam
Margarine/minyak
Gula pasir
200
100
150
25
100
40 sdm
20 sdm
3 btr
2 ½ sdm
10 sdm

Makanan Lewat Pipa/Sonde
Buatan Sendiri
Komersial
Bahan                          Berat(g)                  urt
Makanan 
Bahan                             Berat(g)                 urt
Makanan
Susu whole bubuk     160                       32 sdm
Susu skim bubuk        100                       20 sdm
Tepung maizena          20                         4 sdm
Telur ayam                  150                        3 btr
Gula pasir                    100                       10 sdm
Cairan                           2000ml                 8 gls
Enteral energy &        
Protein tinggi                 500                    100 sdm
Cairan                              2000ml                 8 gls




Nilai Gizi
Makanan Cair Oral
MakananLewat Pipa/Sonde

Buatan Sendiri                Komersial
Energy (kkal)                       2207
Protein (g)                               73
Lemak (g)                              103
Karbohidrat (g)                     251
Kalsium (mg)                         190
Besi (mg)                                    6,4
Vitamin A (RE)                    1361
Tiamin (mg)                               0,7
Vitamin C (mg)                        12
2240                                    2100
     95                                        90
     83                                        61
   284                                      306
   280                                      320
        6,3                                    42,5
1349                                    1800
       1                                           4,1
     66                                       540

Pembagian Makanan Sehari
Makanan Cair Oral
Pukul 06.00
Pukul 07.00
Pukul 10.00
Pukul 13.00
Pukul 16.00
Pukul 20.00
Pukul 21.00
Susu
Susu
Bubur havermount
Bubur susu
Bubur susu
Bubur susu
Susu
Makanan sonde buatan sendiri atau komersial diberikan dalam 4 porsi.

II.                  Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
Bahan Makanan Sehari
Makanan Saring Oral
Makanan Enteral Komersial
Bahan                       Berat(g)                   urt
Makanan
Bahan                             Berat(g)               urt
Makanan
Beras                              90              3 gls bubur
Maizena                         15              3 sdm
Daging                          100              2 ptg sdg
Telur ayam                   100             2 btr
Tahu                               75              ¾ bh bsr
Sayuran                        100             1 gls
Buah                             200              2 ptg sdg pepya
Margarine                      30              3 sdm
Gula pasir                       60              6 sdm
Susu                              800               4 gls
Makanan enteral
energy dan protein
tinggi                                500                  4gls+4sdm
Cairan                             2000ml                 8 gls

Nilai Gizi

Makanan Saring Oral
Makanan Enteral Komersial
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Besi (mg)
Vitamin A (RE)
Tiamin (mg)
Vitamin C (mg)
1900
     72
     83
   223
 1300
     25,6
2940
       0,8
   176
2100
    90
    61
  306
32500
     42,5
 1800
        4,5
   540

Pembagian Bahan Makanan Sehari
Pagi
Beras                  30 g = 1 gls bubur
Telur ayam        50 g = 1 btr
Tahu                   25 g = ¼ bh bsr
Susu                 200 g = 1 gls
Gula pasir          10 g = 1 sdm
Siang / Malam
Beras                       30 g = 1 gls bubur
Daging                     50 g = 1 ptg sdg
Tahu                         25 g = ½ bh bsr
Sayuran                   50 g = ½ gls
Papaya                   100 g = 1 ptg sdg
Margarine                15 g = 1 ½ sdm
Pukul 10.00
Telur ayam               50 g = 1 btr
Susu                         200 g = 1 gls
Gula pasir                 10 g = 1 sdm
Pukul 16.00
Maizena                         15 g = 3 sdm
Susu                              200 g = 1 gls
Gula pasir                      30 g = 3 sdm

Pukul 20.00
Susu                         200 g = 1 gls
Gula pasir                 10 g = 1 sdm


III.                Diet AIDS III
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi  penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.





Bahan Makanan Sehari
Makanan Biasa/Lunak
Makanan Enteral (sonde)
Bahan                            berat(g)               urt
Makanan
Bahan                              berat(g)               urt
Makanan
Beras                              350            5 ¼ gls nasi
Daging                            100            2 ptg sdg
Telur daging                  100            2 btr
Tempe                            100            4 ptg sdg
Kacang hijau                    25            2 ½ sdm
Sayuran                          200            2 gls
Buah                               150            1 ½ ptg sdg ppy
Minyak                             25            2 ½ sdm
Gula pasir                        40            4 sdm
Susu                                200             1 gls
Makanan enteral
energy dan protein
tinggi                                 600                     5 gls
Cairan                              2000 ml               8 gls

Nilai Gizi

Makanan Biasa/Lunak
Makanan Sonde
Energy (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (g)
Besi (mg)
Vitamin A (RE)
Tiamin (mg)
Vitamin C (mg)
2503
    90
    65
  387
  673
    27,9
29502
      1,2
  145

2520
  107
    73
  367
39000
    50,9
2163
       4,98
  644

Pembagian Bahan Makanan Sehari
Pagi
Beras                        50 g = ¾ gls nasi
Telur ayam              50 g = 1 btr
Sayuran                    50 g = ½ gls
Susu                        200 g = 1 gls
Gula pasir                 10 g = 1 sdm
Minyak                        5 g = ½ sdm
Siang / Malam
Beras                  150 g = 2 ¼ gls nasi
Daging                  50 g = 1 ptg sdg
Telur ayam          50 g = 1 btr (siang)
Tempe                  50 g = 2 ptg sdg
Sayuran                75 g = ¾ gls
Papaya                  75 g = ¾ ptg sdg
Minyak                  10 g = 1 sdm
Pukul 10.00
Kacang hijau        25 g = 2 ½ sdm
Gula pasir             20 g = 2 sdm
Pukul 16.00
Gula pasir  10 g = 1 sdm





Contoh Menu Sehari
Waktu
Makanan Lunak
Makanan Biasa
Pagi
Bubur havermout
Telur ½ masak
Susu
Nasi
Telur dadar
Setup buncis + wortel susu
Pukul 10.00
Pudding karamel
Bubur kacang hijau
Siang
Bubur nasi
Semur daging
Orak-arik telur
Tumis tempe
Setup wortel
Air jeruk
Nasi
Ikan goring
Telur bumbu rujak
Sambal goreng tahu
Sayur asam
pepaya
Pukul 16.00
Sirup
Sirup
Malam
Bubur nasi
Sup daging + tomat
Tim tahu
Sayur bening bayam
Papaya
Nasi
Empal daging
Oseng-oseng tempe
Sup sayuran
Pisang

Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan
Dianjurkan
Tidak Dianjurkan
Sumber karbohidrat
Semua bahan makanan kecuali yang menimbulkan gas.
Bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi jalar.
Sumber protein hewani
Susu, telur, daging, ayam tidak berlemak dan ikan.
Daging, kulit ayam dan ayam berlemak.
Sumber protein nabati
Tempe, tahu dan kacang hijau.
Kacang merah.
Sumber lemak
Minyak, margarine, santan dan kelapa dalam jumlah terbatas.
Semua makanan yang mengandung lemak tinggi (digoreng, bersantan tinggi).
Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti labu kuning, wortel, bayam, kangkung, buncis, kacang panjang dan tomat.
Sayuran yang menimbulkan gas seperti kol, sawi dan mentimun.
Buah-buahan
Papaya, pisang, jeruk, apel dan sebagainya.
Buah-buahan yang menimbulkan gas seperti nangka dan durian.
Bumbu
Bumbu yang tidak merangsang seperti bawang merah, bawang putih,  daun salam, ketumbar, laos dan kecap.
Bumbu yang merangsang seperti cabai, lada, asam, cuka dan jahe.
Minuman
Sirup, teh dan kopi.
Minuman bersoda dan alkohol

Manajemen Asuhan Gizi Pasien


3 asuhan, terdiri dari
n  Asuhan Gizi
n  Asuhan Keperawatan 
n  Asuhan Medis
Mekanisme asuhan gizi (PGRS)

Pelayanan gizi/asuhan gizi/dietetic process (DAA)
         Adalah proses yg dinamis sebab pasien sbg fokus asuhan gizi selalu berubah, pd saat yg sama terjadi perubahan penyakit akibat intervensi medis, gizi & sosial
         Proses pelayanan diet berupa siklus manajemen penyakit & pasien/klien sekaligus

Model Pelayanan Gizi Rawat Inap & Rawat Jalan (Penuntun Diet)

Terapi Gizi Medis (MNT)
         Tahun 1990 à mempromosikan manfaat pengelolaan/pengobatan penyakit dengan gizi.
         Komponen : Pengkajian gizi, penyediaan modifikasi diet, konseling gizi, terapi gizi khusus.
         Tahun 2001 : manfaat MNT adalah diagnosa gizi, pemberian terapi & konseling untuk tujuan penanganan penyakit yang dilakukan oleh RD atau profesional gizi.
Nutrition Care Process (ADA 2006)
         Metode pemecahan masalah yang sistematis dan digunakan profesi dietetik secara kritis dalam membuat keputusan tentang masalah gizi & penyediaan pelayanan gizi yang berkualitas & efektif secara aman.
Tujuan NCP (Nutrition Care Process)
         Metode sistematik & terstruktur à berfikir kritis dalam membuat keputusan
         Mengelola pelayanan gizi secara menyeluruh (holistik) dan ilmiah
         Membantu pasien memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatannya
         Menghasilkan dampak yang baik
4 step dalam NCP
  1. Nutrition assessment (pengkajian gizi)
  2. Nutrition diagnosis (diagnosa gizi)
  3. Nutrition intervention (intervensi gizi)
  4. Nutrition monitoring & evaluatin (monitoring & evaluasi gizi)
Asessmen atau pengkajian gizi
         Skrining atau asessmen awal dilakukan setelah pasien dirawat 1-3 hari untuk mengetahui apakah pasien butuh asessmen lanjutan
         Skrining dapat dilakukan dengan cepat misal adanya penurunan BB (10%) dalam waktu singkat perlu di kaji lebih lanjut untuk mencegah adanya gizi kurang, dengan Subyektif Global Assessment (SGA) dll
         Asessmen lanjutan : sosek, status gizi, data lab, data medik & riwayat gizi
Pengkajian Gizi
         Menggunakan data riwayat gizi melalui wawancara & pengukuran
         Meliputi : BB, TB, riwayat BB; Data pemeriksaan biokimia; asupan makan, kemampuan menerima, mengunyah, menelan makanan, pasien makan sendiri, fungsi organ saluran cerna, ada konstipasi, kembung, diare, food alergi/tolerance; obat yg diminum (potensi adanya interaksi obat & gizi), adanya trauma, infeksi, luka bakar, stress, faktor yang pengaruhi status gizi (kesukaan, budaya dll)
         Riwayat gizi : makanan yang disukai & tidak disukai, tipe makanan yang dikonsumsi sehari-hari (recall makan 24 jam, asupan makan setiap hari & hari libur), frekuensi makan & waktu makan, fasilitas masak, anggaran makan perorang perhari, jenis suplemen yg dikonsumsi (tablet, kapsul, vitamin dll)
         Kebutuhan diet selama dirawat : makanan yg disukai & tidak disukai, preskripsi diet & alasan diberikan diet tsb, nafsu makan (kemampuan mengunyah, ada mual/muntah, kembung/nyeri dll), ada hambatan fisik
Perencanaan
         Berdasarkan hasil asessmen dibuat rencana pelayanan gizi meliputi preskripsi diet, tujuan diet & strategi mencapai tujuan
         Mis pasien DM dg kelebihan BB
         Tujuan :
Menurunkan glukosa darah s.d.batas normal dalam waktu 1 bln
Menurunkan BB secara bertahap s.d. batas normal dalam waktu 3 bln
Mampu memilih jenis & jumlah makanan sesuai kebutuhan
         Strategi : menetapkan preksripsi diet dg tepat, menyediakan makanan sesuai kebutuhan gizi, selera, kemampuan menerima, memberikan penyuluhan & konsultasi gizi.
Tujuan terapi diet
         Memelihara/mempertahankan kesehatan melibatkan : pencegahan (preventif), diagnosa dini, penyembuhan (kuratif) dan istirahat (keseimbangan hidup baik sbg individu/masyarakat)
         Contoh :
Terapi diet pasien Diabetes Melitus (DM) tidak hanya penyembuhan DM, namun memikirkan pencegahan penyakit baru yg diakibatkan karena DM, misal perlu memperhatikan asupan lemak, menurunkan BB (kalau pasien gemuk), mengurangi asupan garam (bila ada tanda-tanda hipertensi), kesimpulan terapi diet harus berfikir menyeluruh (holistik)

Implementasi & Evaluasi
         Implementasi pelayanan gizi hendaknya sesuai rencana
         Implementasi pelayanan gizi dievaluasi berdasarkan hasil lab, asupan makan, antropometri/status gizi, sikap, perilaku dan pengetahuan tentang makanan, & perkembangan penyakit secara keseluruhan
         Jika hasil evaluasi tidak mencapai tujuan atau timbul masalah maka dilakukan peninjauan ulang disetiap langkah pelayanan gizi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam terapi diet atau asuhan gizi
         Keadaan penyakit yg perlu perubahan diet : kondisi akut, kronis, data klinis, lab
         Kemungkinan lamanya penyakit
         Alasan perubahan diet, karakteristik diet, keuntungan & kerugiannya, modifikasi diet & indikasi penggunaannya
         Toleransi pasien terhadap makanan
Pengaruh penyakit terhadap penerimaan makanan
         Stress karena penyakit : kecemasan, rasa takut dll
         Pengaruh obat : anoreksia, mempengaruhi absorpsi & utilisasi
         Pengaruh sakit terhadap proses penyakit, kebiasaan makan dll
         Stress gizi : trauma, infeksi, stress psikis dan lain - lain  dapat menyebabkan keseimbangan zat gizi terganggu
         Modifikasi diet : cenderung menambah problem dan perlu konsultasi gizi
Hal - hal yg perlu perhatian dalam penyembuhan penyakit secara individu
         Ingin dilayani secara individu (setiap pasien punya kebutuhan psikis, sosial & spiritual)
         Pasien haurs berperan dalam pengobatan, harus diberi pengertian tentang pengobatannya
         Pasien mengharap setiap tingkah laku dapat diterima sebagai bagian dari sakitnya
         Mengharap akan dilayani dengan ramah, sabar & penuh perhatian
Dokumentasi SOAP
         S (subyektif) : catt bgm asumsi & keluhan ps ttg penyakit & dietnya (riwayat penyakit klg, dahulu, sekarang, pola mak, kead sosek, lingkungan), termasuk kesan pewawancara terhadap performance & sikap pasien
         O (obyektif) : Antropometri (BB, TB, LLA dll), Biokimia, Clinis (hasil diagnosa, hasil observasi), Dietary atau anamnesa diet (kebiasaan, pola, frek mak, b.m yg sering digunakan)
         A (assessmen) :
klinis (diagnosa penyakit),
gizi (st gizi, pemenuhan gizi terhdp kebut),
pengetahuan, assessment kasus keseluruhan
         P (planning) :
            Tujuan diet, prinsip/syarat diet,
            strategi penyuluhan/konseling,
            strategi/prosedur monitoring
Peranan Anggota Tim Asuhan Gizi
         Dokter : kapten, tanggung jwb terhadap pasien, tentukan diagnosa & terapi
         Perawat : jalur komunikasi anggota tim dengan pasien, membantu pasien saat makan, mengawasi, mencatat & melaporkan respon pasien terhadap diet
         Ahli gizi : terjemahkan diet dalam hidangan, rencana pelayanan gizi-evaluasi, beri konseling/penyuluhan, menilai status gizi pasien, buat pola mak sesuai kebiasaan & pengobatan, anjuran makanan enteral jika diperlukan