Tampilkan postingan dengan label MATA KULIAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MATA KULIAH. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Mei 2012

Ketahanan Pangan

I.                  Pendahuluan

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia,
sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996).
Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan.
Ketahanan pangan dan keamanan pasokan pangan bagi Indonesia yang antara lain
dapat dicapainya swasembada pangan pokok seperti beras, jagung, dan kedelai. Selain itu
ketahanan pangan dapat dicirikan juga dengan berkurangnya ketergantungan terhadap
impor. Berbagai kebijakan pangan telah diupayakan pemerintah untuk mengatasi
permasalahan pangan di Indonesia. Namun, kebijakan tersebut belum dapat dinikmati oleh
seluruh masyarakat Indonesia khususnya rakyat kecil seperti petani, dan lain-lain. Kebijakan
yang terkait pencanangan Revitalisasi Pertanian pada tahun 2005 yang lalu antara lain
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Diversifikasi pangan pokok sebagai pangan
alternatif selain beras difokuskan kepada jagung dan singkong yang termasuk di dalamnya
pada pembangunan sektor agribisnisnya demi terciptanya nilai tambah untuk meraih
pendapatan dan akses atas pangan yang lebih baik.
Pada krisis pangan dunia saat ini perlu dicermati juga dampak positifnya bagi
Indonesia, antara lain berupa meningkatnya devisa dari hasil ekspor produk pangan dengan
meningkatnya harga-harga produk pangan dunia. Krisis pangan memberikan dua dimensi
bagi Indonesia yaitu meningkatnya harga pangan yang mengharuskan Indonesia lebih
waspada terhadap kebutuhan pangannya, namun di sisi lain meningkatnya harga pangan
merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menghasilkan devisa yang lebih besar. Dalam
hal ini pemerintah harus memenuhi dua hal. Pertama, jaminan atas hak petani untuk
mengakses dan mengontrol berbagai sumber daya produktif dalam rangka pemenuhan
pangan secara mandiri dan berkelanjutan. Kedua, jaminan atas hak setiap komunitas
masyarakat di tingkat lokal untuk menentukan sendiri kebijakan produksi, distribusi, dan
konsumsi pangannya sesuai dengan kondisi ekologi, sosial, ekonomi dan budaya masingmasing komunitas (Muchtadi, 2008).
Ketahanan Pangan (food security) adalah paradoks dan lebih merupakan penemuan
dunia modern. Secara prosentase, lebih banyak produsen pangan di masa lalu ketimbang
masa kini; tetapi dunia hari ini lebih aman pangan ketimbang masa lalu. Paradoks ini bisa
terlihat jelas di banyak Negara maju, salah satunya adalah Ingggris Raya; Prosentase
populasi pertanian di UK tahun 1950 adalah 6 % dan terus menurun secara drastis hingga 2
% di tahun 2000, dan berdasarkan prediksi FAO (Food and Agriculture Organisation), jumlah populasi pertanian di Inggris akan terus turun menjadi 1% di tahun 2010. Sederhananya, sekitar 896,000 petani akan memberi makan sedikitnya 60 juta penduduk.
Indonesia saat ini memiliki 90 juta petani (seratus kali dari Inggris) atau sekitar 45%
penduduk “memberi makan” seluruh pendududuk (sekitar 230 juta orang). Tetapi fakta-fakta
dari Nusa Tenggara Barat (yang kerap dikenal sebagai daerah lumbung padi) serta daerah
semi arid seperti Nusa Tenggara Timur di semester pertama tahun 2005, justru menghadapi
ketahanan pangan yang rapuh, terbukti dengan tingginya tingkat kekurangan pangan dan
gizi buruk.
























II.               Teori Ketahanan Pangan

Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan
pembangunan pertanian periode 2005-2009 dilaksanakan melalui tiga program, yaitu (1)
Program peningkatan ketahanan pangan, (2) Program pengembangan agribisnis, dan (3)
Program peningkatan kesejahteraan petani. Program ketahanan pangan tersebut diarahkan
pada kemandirian masyarakat/petani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara
operasional dilakukan melalui program peningkatan produksi pangan; menjaga ketersediaan
pangan yang cukup, aman dan halal di setiap daerah setiap saat; dan antisipasi agar tidak
terjadi kerawanan pangan.
Definisi dan paradigma ketahanan pangan terus mengalami perkembangan sejak
adanya Conference of Food and Agriculture tahun 1943 yang mencanangkan konsep
secure, adequate and suitable supply of food for everyone". Definisi ketahanan pangan
sangat bervariasi, namun umumnya mengacu definisi dari Bank Dunia (1986) dan Maxwell
dan Frankenberger (1992) yakni "akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup
untuk hidup sehat (secure access at all times to sufficient food for a healthy life). Studi
pustaka yang dilakukan oleh IFPRI (1999) diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450
indikator tentang ketahanan pangan (Weingartner, 2000). Berikut disajikan beberapa definisi
ketahanan yang sering diacu :
1. Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya kebutuhan
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup,
baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
2. USAID (1992): kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses
secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup
sehat dan produktif.
3. FAO (1997) : situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik
maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya,
dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.
4. FIVIMS 2005: kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik,
social dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi
untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food
preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.
5. Mercy Corps (2007) : keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai
akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan, aman
dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup
produktif dan sehat.
Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan pangan
memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi :
1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu
2. Dimensi watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses
3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi
dan sosial
4. Berorientasi pada pemenuhan gizi
5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif
Istilah ketahanan pangan (food security) sebagai sebuah konsep kebijakan baru
pertama kali muncul pada tahun 1974, yakni ketika dilaksanakannya konferensi pangan
dunia (Sage 2002). Maxwell (1996) mencoba menelusuri perubahan-perubahan definisi
tentang ketahanan pangan sejak konferensi pangan dunia 1974 hingga pertengahan dekade
90an, perubahan terjadi pada level global, nasional, skala rumah tangga dan individu; dari
perspektif pangan sebagai kebutuhan dasar (food first perspective) hingga pada perspektif
penghidupan (livelihood perspective) dan dari indikator-indikator objektif ke persepsi yang
subjektif. (Lihat: Maxwell & Frankenberger 1992).

A. Kelompok Bahan Pangan
Bahan pangan untuk konsumsi sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 9
(sembilan) kelompok besar. Jenis pangan pada masing-masing kelompok dapat berbeda
pada setiap daerah/kota sesuai sumberdaya pangan yang tersedia. Secara Nasional bahan
pangan dikelompokkan sebagai berikut :
1. Padi-padian : beras, jagung, sorghum dan terigu
2. Umbi-umbian : ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas dan sagu.
3. Pangan hewani : ikan, daging, susu dan telur
4. Minyak dan lemak : minyak kelapa, minyak sawit
5. Buah/biji berminyak : kelapa daging
6. Kacang-kacangan : kedelai, kacang tanah, kacang hijau
7. Gula : gula pasir, gula merah
8. Sayur dan buah : semua jenis sayuran dan buah-buahan yang biasa
dikonsumsi
9. Lain-lain : teh, kopi, coklat, sirup, bumbu- bumbuan, makanan
dan minuman jadi

B. Angka Ketersediaan Energi (AKE) dan Tingkat Konsumsi Energi (TKE)
Angka ketersediaan energi (AKE) mencerminkan besarnya proporsi ketersediaan
energi aktual penduduk di suatau daerah. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998
telah menetapkan standar energi ideal yang diharapkan yaitu sebesar 2.200 kkal/kap/hari di
tingkat konsumsi dan 2500 kkal/kap/hari pada tingkat nasional. Untuk mengetahui pola
konsumsi masyarakat baik Nasional maupun Regional, AKE tersebut perlu diterjemahkan ke
dalam satuan yang lebih dikenal oleh para perencana pengadaan pangan atau kelompok
bahan pangan.
Untuk menjaga kelangsungan hidup dan menjalankan kegiatan hidupnya. Setiap
manusia membutuhkan energi perhari yang disesuaikan dengan berat badan dan tingkat
aktivitas. Tingkat Konsumsi Energi adalah Jumlah energi total yang dikonsumsi oleh setiap
orang setiap harinya. Sedangkan tingkat konsumsi protein adalah jumlah protein total yang
dikonsumsi oleh setiap orang setiap harinya dibandingkan dengan angka kecukupan protein
yang dianjurkan ( I Dewa Nyoman Supariasa,dkk,2001:113).
Tingkat Konsumsi Energi (TKE) menggambarkan persentase konsumsi energi
terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) dengan kriteria menurut Departemen Kesehatan
Tahun 1996 (PPKP BKP, 2005) sebagai berikut :
a. TKE < 70% : defisit berat.
b. TKE 60%-79% : defisit tingkat sedang.
c. TKE 80%-90% : defisit tingkat ringan.
d. TKE 90%-119% : normal (tahan pangan)
e. TKE > 120% : kelebihan/diatas AKE

C. Pola Pangan Harapan (PPH)
Pola Pangan harapan (PPH) adalah suatu komposisi pangan yang seimbang untuk
dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan gizi penduduk. PPH dapat dinyatakan (1) dalam
bentuk komposisi energi (kalori) anekaragam pangan dan/atau (2) dalam bentuk komposisi
berat (gram atau kg) anekaragam pangan yang memenuhi kebutuhan gizi penduduk. Pola
pangan harapan mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup sehat, aktif
dan produktif

Kuliner Masakan Khas Thailand



A. Thailand
Kerajaan Thai (nama resmi bahasa Thai: ราชอาณาจักรไทย Ratcha Anachak Thai; atau Prathēt Thai), yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa Inggris, atau dalam bahasa aslinya Mueang Thai (dibaca: "meng-thai", sama dengan versi Inggrisnya, berarti "Negeri Thai"), adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat. Kerajaan Thai dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949. Kata "Thai" (ไทย) berarti "kebebasan" dalam bahasa Thai, namun juga dapat merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam masih digunakan di kalangan warga negara Thai terutama kaum minoritas Tionghoa.

1.     Sejarah
Asal mula Kerajaan Thai secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek, Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan Kerajaan Ayutthaya yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan Sukhothai. Kebudayaan Kerajaan Thai dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun mengalami tekanan yang kuat, Kerajaan Thai tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang Britania.
Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan dimulainya monarki konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam, negara ini mengganti nama internasionalnya menjadi "Thailand" pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali ke nama lamanya pasca-Perang Dunia II. Pada perang tersebut, Kerajaan Thai bersekutu dengan Jepang; tetapi saat Perang Dunia II berakhir, Kerajaan Thai menjadi sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam tahun-tahun setelah berakhirnya perang, namun Kerajaan Thai mulai bergerak ke arah demokrasi sejak tahun 1980-an.
Kalender Kerajaan Thai didasarkan pada Tahun Buddha, yang lebih cepat 543 tahun dibandingkan kalender Barat. Tahun 2000 Masehi sama dengan tahun 2543 dalam kalender Kerajaan Thai.
Pada 26 Desember 2004, pesisir barat Kerajaan Thaiditerjang tsunami setinggi 10 meter setelah terjadinya gempa bumi Samudra Hindia 2004, menewaskan 5.000 orang di Kerajaan Thai, dan setengahnya merupakan wisatawan.
Pada awal 2005 terjadi sebuah tragedi di Kerajaan Thai Selatan yang mempunyai populasi dengan mayoritas Muslim. Sekitar 70 orang terbunuh akibat kekerasan yang dilakukan oleh rezim Shinawatra. Banyak negara yang mengecam keras tragedi ini. Namun dalam pemilihan kepala pemerintahan, Thaksin Shinawatra kembali memerintah negara ini untuk empat tahun berikutnya.
2.      Budaya
Muay Thai, sejenis seni bela diri kickboxing ala Kerajaan Thai, adalah olahraga nasional di Kerajaan Thai dan merupakan seni beladiri setempat. Popularitasnya memuncak di seluruh dunia pada tahun 1990-an. Ada pula seni beladiri yang mirip dengan muay Thai di negara-negara lain di Asia Tenggara.
Ucapan penyambutan yang umum di Kerajaan Thai adalah isyarat bernama wai, yang gerakannya mirip dengan gerakan sembahyang. Hal-hal yang tabu dilakukan di antaranya menyentuh kepala seseorang dan menunjuk dengan kaki, karena kepala dan kaki masing-masing merupakan bagian tubuh yang paling atas dan bawah.
Masakan Kerajaan Thai mencampurkan empat macam rasa yang dasar: manis, pedas, asam dan asin.

B.  Masakan Thailand
Masakan Thai atau masakan Thailand mencakup makanan dan minuman serta cara memasak khas Thailand. Ciri khas masakan Thai adalah rasa pedas dan penuh bumbu, namun dipadu dengan keseimbangan rasa manis, asin, masam, dan pedas.
Walaupun semuanya disebut masakan Thai, di Thailand terdapat empat jenis masakan daerah yang berasal dari empat daerah utama: Thailand Utara, Thailand Timur Laut (masakan Isan), Thailand Tengah, dan Thailand Selatan. Masing-masing masakan daerah mendapat pengaruh dari masakan Cina dan masakan negara-negara tetangga. Tidak seperti kari khas Thailand yang menggunakan rempah-rempah segar, kari Thailand Selatan memakai rempah-rempah kering yang digoreng seperti kari India.[1] Ciri khas lain masakan Thailand Selatan adalah pemakaian santan dan kunyit segar. Mayoritas penduduk Thailand Selatan beragama Islam. Nenek moyang mereka datang dari anak benua India lebih dari dua ribu tahun lampau sehingga masakan Thailand Selatan mirip dengan masakan India.[1] Masakan Thailand Timur Laut (Isan) sering memakai perasan limau, dan sangat dipengaruhi oleh masakan Laos. Sebagian besar makanan Thai yang dikenal sekarang merupakan adaptasi dari masakan Cina yang diperkenalkan di Thailand oleh orang Tio Ciu yang merupakan mayoritas orang Cina-Thai. Masakan yang mulanya berasal dari Cina, misalnya: jok, kwetiau rad na, khao kha moo (moo pa-loh), bamii (bahasa Thai: บะหมี่, mi kuah), dan khao mun gai.
Bumbu dan rempah-rempah dipakai dalam keadaan segar (bukan rempah-rempah kering). Di antara bumbu-bumbu yang umum dalam masakan Thai adalah cabai rawit, cabai merah, santan, kecap ikan (nam pla), jahe, bawang putih, bawang merah, daun ketumbar, serai, terasi (kapi), gula jawa, dan asam jawa.
1.                 Cara Penyajian
Berbeda dari hidangan utama dengan berbagai hidangan sampingan dalam masakan Barat, masakan Thai biasanya terdiri dari satu jenis makanan atau nasi (khao, bahasa Thai: ข้าว) dengan lauk pauk yang dihidangkan secara bersamaan dan dinikmati beramai-ramai.
Makanan Thai dimakan dengan sendok di tangan kanan dan garpu di tangan kiri, namun secara tradisional, orang Thai makan dengan tangan. Hanya masakan mi atau sup berisi mi yang dimakan dengan sumpit dan sendok. Orang suku pedalaman di Thailand Utara dan Thailand Timur Laut memakan ketan dengan tangan. Sewaktu makan, ketan dicomot lalu dipulung menjadi bola kecil sebelum dicocol ke dalam lauk.
Nasi adalah makanan pokok orang Thai. Beras wangi Thai adalah beras kebanggaan Thailand. Ketan (khao niao, bahasa Thai: ข้าวเหนียว) adalah makanan pokok di Thailand Utara dan Thailand Timur Laut.
Nasi dimakan dengan kari, masakan tumis, dan hidangan lain yang biasanya memakai bumbu cabai, limau dan serai. Kari dan sayuran tumis dituangkan ke atas nasi untuk membuat hidangan yang disebut khao rad gang (bahasa Thai: ข้าวราดแกง). Hidangan ini dimakan sebagai makanan praktis ketika orang tidak memiliki waktu banyak untuk makan. Masakan Thailand Timur Laut dan Thailand Utara banyak dipengaruhi oleh masakan orang Lao.
Kwetiau (bahasa Thai: ก๋วยเตี๋ยว) adalah mi yang populer di Thailand, dimasak menjadi kwetiau goreng pad thai (bahasa Thai: ผัดไทย) atau kwetiau kuah. Masakan Cina yang diadaptasi menjadi masakan Thai misalnya kwetiau kuah asam pedas yang disebut kway teow rua (bahasa Thai: ก๋วยเตี๋ยวเรือ)
Nam prik (bahasa Thai: น้ำพริก) adalah sebutan untuk sambal atau saus cabai ala Thailand. Setiap daerah di Thailand memiliki ragamnya masing-masing. Dengan memakai cobek dan ulekan, cabai diulek bersama bahan-bahan lain seperti bawang putih dan terasi. Nam prik dimakan bersama sayuran sewaktu makan nasi, atau dimakan sebagai lauk untuk makan nasi. Selain nam prik, masakan Thai juga dimakan dengan cabai kering atau irisan cabai segar yang dicampur dengan cuka beras.
2.       Bahan-bahan
Masakan Thai banyak memakai daging babi dan daging ayam, dan tidak terdapat banyak ragam masakan dengan daging sapi. Ikan air tawar dan ikan air laut dimasak dengan cara digoreng atau dibuat sup. Selain ikan, makanan laut yang populer adalah udang, kepiting, dan cumi-cumi. Sayuran yang populer adalah terung dan kangkung. Thailand sangat kaya dengan buah-buahan tropis seperti semangka, pisang, durian, manggis, jeruk, nenas, rambutan, pepaya, jeruk bali, dan lengkeng. Selain dimakan segar, buah-buahan juga dibuat sari buah dan manisan. Pepaya muda dibuat menjadi salad pepaya yang disebut som tam.
Penyedap yang umum dipakai orang Thai adalah kecap ikan yang disebut nam pla (น้ำปลา) dan terasi. Dibuat dari fermentasi udang atau ikan-ikan kecil seperti anchovy, nam pla memiliki rasa asin dan aroma ikan yang kuat.
Masakan Thai Tengah dan Thai Selatan memakai daun jeruk purut (bai makrut, ใบมะกรูด). Daun jeruk purut dipakai dalam berbagai sup Thai (misalnya tom yam) dan berbagai kari dari Thai Tengah dan Thai Selatan. Bumbu masak yang umum dipakai adalah bawang putih, lengkuas, serai, kunyit, dan temu kunci (krachai) yang diulek dengan berbagai jenis cabai untuk membuat bumbu kari. Selain daun kemangi yang disebut grapow (kraphao), masakan Thai juga memakai daun kemangi thai untuk beberapa jenis masakan seperti kari hijau.
Di antara bahan-bahan khas untuk masakan Thai adalah pahk chee (daun ketumbar), rahk pahk chee (akar ketumbar), pasta kari, pong kah-ree (bubuk kari), see-ew dahm (kecap asin hitam), gung haeng (ebi), pong pa-loh (bubuk lima rempah), nahmahn hoi (saus tiram), nahm prik pao (pasta cabai), dan tepung beras serta tapioka.
Di Thailand Timur Laut, serangga adalah makanan lezat. Kumbang air raksasa (Lethocerus indicus) (mang da; bahasa Thai: แมงดา) adalah makanan yang sangat populer, digoreng utuh atau dijadikan bumbu penyedap.[2] Kumbang air raksasa merupakan bahan utama pembuat nam prik mang da (nam prik kumbang air raksasa).[3]
3.       Makanan khas thailand
a.     Hidangan pembuka
·                      Tod man pla krai (bahasa Thai: ทอดมันปลา): gorengan pasta ikan.
·                      Pad Pak-boong (bahasa Thai: ผัดผักบุ้ง): tumis kangkung.
b.    Sarapan
·                      Jok (bahasa Thai: โจ๊ก): bubur dari beras.
·                     Khao Tom (bahasa Thai: ข้าวต้ม): sup nasi ala Thai, berisi daging babi, ayam, atau udang.
c.     Hidangan tunggal
·                     Khao pad (bahasa Thai: ข้าวผัด): nasi goreng ala Thailand, bisa memakai daging ayam, daging sapi, daging babi, udang, kepiting, kelapa, dan nenas.
·                     Pad thai (bahasa Thai: ผัดไทย): kwetiau goreng isi daging ayam atau makanan laut dengan bumbu nam pla.
·                     Rad na (bahasa Thai: ราดหน้า): kwetiau lebar yang digoreng daging sapi, daging ayam, udang, atau makanan laut.
·                     Khao pad naem (bahasa Thai: ข้าวผัดแหนม): nasi goreng dengan sosis hasil fermentasi (makanan khas Thailand Timur Laut)
·                     Pad see ew (bahasa Thai: ผัดซีอิ๊ว): mi goreng daging ayam/babi dengan kecap manis kental (see ew dum) dan nahm pla.
·                     Pad kee mao (bahasa Thai: ผัดขี้เมา, mi mabuk): mi goreng dengan daun kemangi thai.
·                     Khao khluk kapi (bahasa Thai: ข้าวคลุกกะปิ): nasi goreng terasi, dihidangkan dengan babi manis dan sayuran.
·                     Khanom chin namya (bahasa Thai: ขนมจีนน้ำยา): mi dengan bumbu kecap ikan, dan dimakan dengan sayuran segar.
·                     Khao soi (bahasa Thai: ข้าวซอย): mi garing yang dihidangkan di dalam sup kari ayam yang rasanya manis (masakan khas Thailand Utara.)
·                     Khao pad gai (bahasa Thai: ข้าวผัดไก่): nasi goreng ayam.
·                     Khao mun gai (bahasa Thai: ข้าวมันไก่): nasi yang ditanak dengan bawang putih, ayam rebus, dan kaldu ayam, dihidangkan dengan saus cocol.
·                     Gai pad grapao (bahasa Thai: ไก่ผัดกะเพรา): daging ayam cincang dengan bawang putih, cabai, dan daun kemangi.
·                     Gai pad med mamoung himaphan (bahasa Thai: ไก่ผัดเม็ดมะม่วงหิมพานต์): potongan daging ayam dengan kacang mete dan cabai.
d.    Makanan asal thailand tengah
·                     Tom yam (bahasa Thai: ต้มยำ): sup asam pedas berisi daging. Bila berisi udang disebut tom yam goong (tom yam kung, bahasa Thai: ต้มยำกุ้ง). Tom yam berisi makanan laut (udang, cumi-cumi, dan ikan) disebut tom yam talae (bahasa Thai: ต้มยำทะเล), sementara tom yam daging ayam disebut tom yam gai (bahasa Thai: ต้มยำไก่).
·                     Gai Pad Khing (bahasa Thai: ไก่ผัดขิง): tumis ayam dengan potongan jahe.
·                     Tom kha gai (bahasa Thai: ต้มข่าไก่): sup asam pedas berisi daging ayam dan santan.
·                     Sate (bahasa Thai: สะเต๊ะ): sate daging babi atau daging ayam. Sate adalah masakan Indonesia yang populer sebagai jajanan di Thailand.
·                     Kari merah (gaeng phet, bahasa Thai: แกงเผ็ด): kari pedas dengan bumbu cabai merah kering.
·                     Kari hijau (gaeng khiew-waan, bahasa Thai: แกงเขียวหวาน): kari dengan bumbu cabai hijau segar dan daun kemangi thai. Daging yang dipakai bisa daging ayam atau bakso ikan. Kari hijau sering dianggap sebagai kari terpedas dalam masakan Thai.
·                     Kari massaman curry (bahasa Thai: แกงมัสมั่น): kari gaya India yang biasanya dibuat oleh orang Islam Thai. Kari jenis ini memakai rempah-rempah kering yang dihaluskan seperti biji ketumbar.
·                     Pad prik (bahasa Thai: ผัดพริก): daging sapi yang ditumis dengan cabai, dan juga disebut neua pad prik (bahasa Thai: เนื้อผัดพริก)
·                     Pad kraphao (bahasa Thai: ผัดกะเพรา): daging babi, daging sapi, atau daging ayam yang ditumis dengan daun kemangi thai.
·                     Pad pak ruam (bahasa Thai: ผัดผักรวม): tumis berbagai jenis sayuran.
·                     Phanaeng curry (bahasa Thai: พะแนง): kari kental berisi daging sapi (phanaeng nuea, bahasa Thai: พะแนงเนื้อ), daging ayam, atau daging babi. Seperti halnya kari massaman, kari jenis ini juga memakai rempah-rempah kering yang dihaluskan.
·                     Tod man (bahasa Thai: ทอดมัน): gorengan pasta ikan (tod man pla krai, bahasa Thai: ทอดมันปลากราย) atau pasta udang (tod man kung, bahasa Thai: ทอดมันกุ้ง)
·                     Boo Jah (bahasa Thai: ปูจ๋า): gorengan pasta kepiting dicampur daging babi, bawang putih, dan merica. Makanan ini dimakan dengan saus pedas seperti saus Sri Rachaa, saus bawang putih pedas manis, saus nahm prik pao (pasta cabai yang digoreng), atau pasta kari merah dan irisan daun bawang.
·                     Choo-Chee Plah Ga-Pong (bahasa Thai: ฉู่ฉี่ปลากระพง): ikan saus kari choo-chee.
e.     Masakan asal tailand timur laut
Masakan Thailand Timur Laut mirip dengan masakan Laos. Orang Isan yang tinggal di Thailand Timur Laut merupakan keturunan orang Lao. Bahasa mereka juga mirip dengan bahasa Lao.
Som tam (salad pepaya), gai yang (ayam panggang), dan khao niao (nasi ketan) adalah kombinasi yang sangat populer.
·                     Som tam (bahasa Thai: ส้มตำ, IPA: som ɗam) atau disebut dalam bahasa Lao/Isan sebagai ตำมักหุ่ง (IPA: ɗam mak huŋ) adalah salad pepaya parut yang ditumbuk di cobek dan ulekan. Ada tiga variasi som tam yang umum: som tam poo (bahasa Thai: ส้มตำปู) dengan kepiting hitam asin, som tam thai (bahasa Thai: ส้มตำไทย) dengan kacang tanah, ebi, dan gula jawa, serta som tam plara (bahasa Thai: ส้มตำปลาร้า) dari Thailand Timur Laut, dicampur ikan gurami asin, terung putih, kecap ikan, dan kacang panjang.
·                     Larb (bahasa Lao: ລາບ, bahasa Thai: ลาบ): salad masam yang dibuat dari daging, bawang bombay, cabai, tepung beras sangrai, dan dihiasi dengan daun mint.
·                     Nam tok (bahasa Thai: น้ำตก): salada daging yang mirip dengan larb, namun daging dipotong memanjang dan tidak dicincang.
·                     Yam (bahasa Thai: ยำ): nama umum untuk berbagai salad yang rasanya masam, antara lain dibuat dari sohun (yam wun sen bahasa Thai: ยำวุ้นเส้น) atau makanan laut (yam talae, bahasa Thai: ยำทะเล).
·                     Tom saep (bahasa Thai: ต้มแซบ): sup pedas dan masam ala Thailand Timur Laut.
·                     Gai yang (bahasa Thai: ไก่ย่าง): ayam panggang
·                     Suea Rong Hai (bahasa Thai: เสือร้องไห้): daging sapi (sandung lamur) panggang
·                     Khao niao (bahasa Thai: ข้าวเหนียว): sebutan untuk ketan yang ditanak sebagai makanan pokok orang Thailand Utara dan Thailand Timur Laut.
·                     Nam prik num (bahasa Thai: น้ำพริกหนุ่ม): saus cocol yang dibuat dari terung asam, cabai hijau, dan bawang putih.
f.     Hidangan penutup dan minuman
·                     Kao niao ma muang (bahasa Thai: ข้าวเหนียวมะม่วง): ketan dan irisan mangga matang
·                     Lod chong nam ka ti (bahasa Thai: ลอดช่องน้ำกะทิ): mi beras beraroma pandan yang dimasak dengan santan.
·                     Kanom tan (bahasa Thai: ขนมตาล): kue kelapa.
·                     Ruam mit (bahasa Thai: รวมมิตร): buah berangan yang dihidangkan bersama nangka, biji sagu, dan santan.
·                     Kanom chun (bahasa Thai: ขนมชั้น): kue lapis ketan aroma pandan
·                     Kanom bua loy (bahasa Thai: ขนมบัวลอย): bola-bola talas dalam santan.